1.
PEMBAHASAN
1.1 Perspektif Utama Dalam Psikologi
lima cara pandang yang menonjol dalam psikologi dewasa ini adalah
perspektif biologis, belajar, kognitif, sosiokultural, dan psikodinamika.
Semua pendekatan ini secara unik mengajukan sejumlah pertanyaan mengenai
perilaku manusia, asumsi tentang cara kerja pikiran manusia, dan yang
terpenting penjelasan tentang alasan seseorang berbuat sesuatu.
a.
Perspektif
Biologis
berfokus pada cara berbagai peristiwa
yang berlangsung dalam tubuh mempengaruhi perilaku, perasaan, dan pikiran
seseorang. Implus-implus
elektrik bergerak di sepanjang rangkaian sistem saraf yang rumit. Rangkaian
hormon yang terkandung hormon yang terkandung di sepanjang aliran darah memberi
tahu organ internal untuk memperoleh sel otak yang satu dengan memberi tahu
organ internal untuk memperlambat atau mempercepat kerjanya. Zat kimiawi
mengalir melintas ruang-ruang kecil yang memisahkan sel otak yang satu dengan
sel otak lainnya. Para psikolog yang menerapkan persepektif biologis
memperlajari cara berbagai peristiwa fisik ini berinteraksi dengan peristiwa di
lingkungan eksternal sehingga menghasilkan persepsi, ingatan, dan perilaku.
Para ilmuwan dengan
perspektif ini mempelajari bagaimana biologi mempengaruhi proses belajar dan
prestasi, persepsi tentang realitas, pengalaman emosi, dan kerentanan gangguan
emosional. Ilmuwan-ilmuwan ini mempelajari cara pikiran dan tubuh saling
berinteraksi satu sama lain dalam menimbulkan kondisi sakit dan sehat. Mereka
menelaah konstribusi gen dan sejumlah faktor biologis lainnya dalam
mempengaruhi perkembangan kemampuan dan sifat kepribadian. Dalam perspektif ini
muncul, psikologi evolusi sebagai sebuah spesialisasi baru dan populer
yang dipengaruhi oleh faktor genetis dan yang bersifat fungsional atau adaptif
selama proses evolusi di masa lampau dapat tercermin dalam berbagai perilaku,
proses mental, dan sifat mental kita di masa. sekarang
pesan yang hendak disampaikan oleh
pendekatan biologis ini adalah bahwa kita tidak bisa memahami diri kita sendiri
sepenuhnya jika kita tidak mengetahui tubuh kita.
b.
Perspektif
Belajar
menelaah cara lingkungan dan
pemalaman mempengaruhi tindakan seseorang atau organisme lain. Dalam perspektif ini, para penganut aliran behaviorisme (behaviorist)
menaruh perhatian pada peranan penghargaan (reward) maupun hukuman (panishmenr)
dalam mempertahankan atau mengurangi kecenderungan munculnya perilaku tertentu.
Sebagai contoh: apakah anda kesulitan dalam menaati jadwal?. Seorang penganut
aliran behaviorisme akan menganalisis gangguan lingkungan yang dianggap dapat
membantu menjelaskan masalah ini. Behaviorisme merupakan aliran psikologi
ilmiah yang dominan di Amerika Utara selama hampir setengah abad, pada dekade
1960-an.
Di sisi lain, pengikut teori perspektif belajar sosial-kognitif
berusaha menggabungkan berbagai unsur dari behaviorisme dengan berbagai
penelitian mengenai pikiran, nilai, ekspresi, dan niat. Mereka yakin bahwa
proses belajar seseorang tidak hanya dicapai melalui proses mengadaptasi
perilaku agar sesuai dengan lingkungan, namun juga melalui proses peniruan
perilaku orang lain dan dengan memikirkan berbagai peristiwa yang berlangsung
di sekitar mereka. Perspektif belajar memiliki banyak aplikasi praktis. Secara
historis, desakan dari para penganut aliran behaviorisme mengenai pentingnya
ketepatan dan objektivitas telah berperan besar bagi kemajuan psikologis
sebagai ilmu. Di damping itu, berbagai penelitian mengenai pentingnya ketepatan
dan objektivitas telah berperan besar bagi kemajuan psikologi sebagai
menghasilkan berbagai temuan yang sangat terpecaya.
c.
Perspektif
Kognitif
menekankan hal yang berlangsung di
pikiran seseorang. Bagaimana
seseorang berfikir, mengingat, memahami bahasa memecahkan masalah menjelaskan
berbagai pengalaman, memperoleh sejumlah bahasa, memecah masalah, menjelaskan
berbagai pengalaman, memperoleh sejumlah standar moral dan membentuk keyakinan
(kata kognitif berasal dari bahasa Latin yang berarti “mengetahui”
atau “untuk diketahui”). “Revolusi kognitif” dalam psikologi selama
tahun 1970-an telah membawa perspektif ini ke garis depan.
Salah satu konstribusi penting yang telah disumbangkan perspektif
ini adalah memperlihatkan bagaimana pikiran dan penjelasan yang seseorang
kemukakan mempengaruhi berbagai tindakan perasaan dan pilihan mereka. Melalui berbagai
metode yang cerdas untuk menyimpulkan proses mental berdasarkan perilaku yang
terobservasi, kini para peneliti kognitif mampu mempelajari fenomena yang dulu
pernah menjadi bahan spekulasi, seperti emosi, motivasi, dan wawasan (insight).
Mereka merancang berbagai program komputer yang memperagakan cara manusia
menyelesaikan tugas-tugas kompleks, menemukan apa yang berlangsung dalam
pikiran seorang bayi dan mengidentifikasikan tipe-tipe intelegensi yang tidak
takut terukur oleh tes IQ konvensional. Kini pendekatan kognitif merupakan
salah satu perspektif yang paling kuat dalam prikologi. Pendekatan kognitif
juga telah memberikan inspirasi bagi pembangunan penelitian secara besar-besar
tentang cara pikiran yang sangat rumit dan kompleks.
d.
Perspektif
Sosiokultural
berfokus pada kekuatan sosial dan
budaya sebagai kekuatan yang berkerja di luar individu. Kekuatan sosial aspek perilaku manusia. Mulai dari cara kita
mencium sampai apa yang kita makan dan dimana peraturan budaya pada hampir
seluruh perilaku kita. Kita ibarat ikan yang tidak sadar bahwa kita hidup di
air, meskipun demikian jelasnya pengaruh air dalam kehidupan kita. Para
psikolog dan perspektif ini mempelajari air yakni lingkungan sosial dan budaya
tempat manusia “berenang” setiap harinya.
Melalui perspektif ini para psikolo sosial mengarahkan
penelitiannya pada peraturan peran sosial, cara seseorang menaati otoritas,
cara kita dipengaruhi oleh orang lain seperti pasangan, kekasih, teman, atasan,
orang tua, dan orang asing. Psikolog budaya menelaah cara peraturan dan nilai
budaya baik yang ekspelisit maupun implisit menpengaruhi perkembangan perilaku
dan perasaan seseorang untuk menolong orang asing yang sedang mengalami
kesulitan, atau cara budaya, mempengaruhi apa yang dilakukan seseorang ketika
sedang berada dalam keadaan marah. Karena manusia pada hakikatnya adalah hewan
sosial yang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang berbeda-beda. Perspektif
sosiokultural telah membuat psikologi menjadi disiplin ilmu yang lebih
representatif dan tepat.
e.
Perspektif
Psikodinamika
menguraikan dinamika ketidaksadaran
seseorang, seperti dorongan dalam diri, konflik , dan energi insting. Perspektif ini berasal dari teori psikoanalisis Freud, namun kini
dilengkapi tambahan dari teori-teori psikodinamika lainnya. Para psikolog
psikodinamika mencoba menggali higngga dasar permukaan perilaku seseorang untuk
menemukan sumber-sumbe yang tidak disadari. Mereka menganggap diri mereka
arkeolog pikiran.
Jika diibaratkan sebagai tangan, perspektif psikodinamika adalah
jempol, yang terkait dengan jari-jari lainnya, namun juga terpisah, karena
secara radikal berbeda dari pendekatan-pendekatan lain, baik dalam bahasa yang
digunakan, metode, maupun standar penentuan keabsahan ilmiahnya. Meskipun
beberapa ilmuawan psikologi melakukan studi empiris terhadap konsep-konsep
psikodinamika, banyak ilmuwan lainnya berpendapat bahwa pendekatan
psikodinamika seharusnya digolongkan ke dalam filsafat atau sastra, dan bukan
ke dalam psikologi akademik. Agaknya anda tidak akan banyak menjumpai psikoanalisis
dalam sebagian besar jurnal ilmiah psikologi (Robins, Gosling dan Craik. 1999).
Meskipun demikian, diluar psikologi empiris, banyak psikoterapi, novelis,
maupun orang awam yang tertarik pada pendekatan psikodinamika, yaitu berfokus
pada masalah-masalah psikologis besar seperti hubungan antara dua jenis
kelamin. Kekuatan seksualitas, dan ketakutan universitas terhadap kematian.
Selengkapnya, dalam buku ini kita akan membahas banyak hal yang kontroversial
secara terus terang menganai berbagai masalah psikodinamika.
1.2
Metode-metode
dalam Psikologi
Metode
tertua yang digunakan dalam lapangan psikologi ialah Spekulasi. Akan
tetapi akibat perkembangan ilmu perkembangan pada umumnya kemudian metode
tersebut mulai di tinggalkan berkembang menjadi metode instropeksi yaitu sejak didirikannya laborotirium I di
Leipzeig oleh wundt, dan semenjak itulah mulai di rintis metode baru yang mendasarkan atas pengalaman – pengalaman
empiris.
Dalam suatu penelitian ilmiah tidaknya suatu
penelitian itu sangat di tentukan oleh metode penelitian. Oleh karenanya penentuan
metode penelitian sangat penting setelah kita berhasil merumuskan permasalahan.
Dalam psikologi metode – metode yang di pergunakan
dalam penelitian juga sama dengan metode – metode yang di terapkan oleh ilmu –
ilmu lainnya . Pada dasarnya
metode penelitian dapat dibedakan atas 2 bagian besar yaitu Metode Longitudinal
dan Metode Crossectional.
a.
Metode Longitudinal
Metode ini merupakan metode penelitian yang membutuhkan waktu yang
relative lama untuk mencapai suatu hasil penelitian. Dengan metode ini
penelitian dilakukan hari demi hari, bulan demi bulan bahkan mungkin tahun demi
tahun. Karena itu apabila dilihat dari segi perjalanan penelitian
ini adalah secara vertikal. Dengan metode ini keuntungan yang di dapatkan yaitu peneliti dapat
mengikuti perkembangan seseorang dengan teliti. Adapun kelemahannya ialah
karena metode ini dilakukan hari demi hari, bulan demi bulan bahkan tahun demi
tahun maka membutuhkan waktu yang sangat panjang , selain itu penyelidik sangat
tergantung pada orang yang di selidiki dalam jangka waktu yang sangat panjang.
b.
Metode Cross-sectional
Merupakan
suatu metode penelitian yang tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama didalam
melakukan penelitian. Dengan metode ini dalam waktu yang relatif singkat dapat
disimpulkan bahan yang banyak atau sesuai kebutuhan.
Jadi kalau dillihat dari jalannya metode ini merupakan penelitian Horisontal.
Sebagai contoh penelitian yang menggunakan metode Cross-sectional ialah penelitian yang
menggunakan metode kuesioner atau angket. Dengan menggunakan angket dalam waktu
yang singkat penelidik akan mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
Kelemahan dengan metode tersebut adalah karena waktu yang sifatnya singkat maka
kurang menggambarkan apa yang di teliti oleh peneliti. Untuk menutupi
kekuraangan dari masing - masing metode tersebut maka para penyelidik sering
menggabungkan kedua metode tersebut dalam penelitiannya. Misalnya untuk meneliti perkembangan emosional
anak usia 6 sampai 9 tahun, dengan metode ini peneliti tidak perlu membtuhkan
waktu tiga tahun tetapi cukup dengan waktu misalnya satu tahun. Disini peneliti
menggunakan sampel untuk kelompok anak usia 6 tahun, 7 tahun, dan 8 tahun. Selama satu tahun masing – masing
kelompok sampel tersebut secara
bersamaan diobservasi ( diikuti ) perkembangan emosinya sehingga pada akhir
penelitian di peroleh data dan kesimpulan tentang perkembangan emosi anak 6 – 7
tahun, 7 – 8 tahun, dan 8 – 9 tahun ( karena masing –masing kelompok Sampel
diobservasi selama satu tahun penuh secara bersamaan) jadi perkembangan anak
usia 6 – 9 tahun dioperoleh lebih cepat di banding dengan metode longitudinal. Kalau di lihat
dari perjalanan waktu penelitian, metode
ini merupakan penelitian horizontal.
Untuk
lebih terperinci dapat di kemukakan metode-metode yang digunakan dalam lapangan
psikologi sebagai berikut:
1) Metode Introspeksi
Introspeksi
adalah Melihat kedalam (intro = kedalam dan speksi
<spectare> =melihat). Metode ini merupakan suatu metode
penelitian dengan melihat peristiwa-peristiwa atau gejala kejiwaan kedalam dirinya sendiri. Oleh karenanya maka penyelidikan ini dilakukan dengan
kesadaran yang penuh dan dilakukan secara sistematik yang sesuai dengan norma –
norma penyelidikan ilmiah. Adapun kelemahan dari metode ini ialah adanya
tingkat subyektifitas yang tinggi karena seringnya orang tidak jujur dalam mengadakan
penelitian terhadap dirinya sendiri terutama berkaitan dengan hal – hal yang
kurang baik. Oleh karena itu dalam metode tersebut sulit untuk mencapai
keobyektifitas sedangkan obyektifitas dalam
sebuah penelitian sangatlah di butuhkan atau di tuntut.
Aguste comte seorang ahli filsafat perancis berpendapat bahwa intropeksi tidak akan
menberikan hasil yang baik. Karena tidak ada orang yang dapat mempelajari
dirinya sendiri secara obyektif.
Wundt adalah orang yang pertama kali mengenalkan
metode introspeksi setelah mengetahui kelemahannya maka lebih suka menggunakan
istilah retrospeksi ( retro =
kembali , dan spektare = melihat ).
Menurut bimo bahwa metode introspeksi diatas lebih tepat bila di
sebut dengan metode retrospeksi, karena dalam pencarian data penyelidik
berusaha melihat kembali peristiwa – peristiwa kejiwaan yang telah terjadi
dalam diri sendiri. Sebab apa yang diselidiki adalah apa yang terjadi, bukanlah
apa ang sedang terjadi didalam dirinya,
sehingga istilah retrospeksi akan lebih cepat dari introspeksi.
Meskipun metode introspeksi mempunyai kelemahan akan tetapi
metode intospeksi tersebut memiliki arti sangat besar dalam lapangan psikologi,
karena ada peristiwa – peristiwa kejiwaan yang hanya dapat dimengerti oleh
keinginan diri sendiri. Oleh karena kelemahan dalam metode introspeksi maka
munculah metode baru yang merupakan penggabungan antara metode introspeksi
dengan metode eksperimen yang akhirnya dikenal dengan metode introspeksi
eksperimental .
2)
Metode Introspeksi eksperimental
Ialah metode introspeksi terhadap kejadian – kejadian
yang ditimbulakan dengan sengaja yaitu dengan percobaan – percobaan
(eksperimental). Metode ini
merupakan metode penggabungan dari introspeksi dengan eksperimen. Dengan jalan
eksperimen, maka sifat
subjektivitas dari metode introspeksi akan dapat diatasi. Pada metode
introspeksi murni hanya dari penelitian yang menjadi objek. Tetapi pada
introspeksi eksperimental jumlah subjek banyak, yaitu orang orang yang
dieksperimentasi itu. Metode ini dipelopori oleh Oswald kulpe seorang ahli psikologi dari
jerman yang merupakan salah satu murid dari willem wundt.
Adapun perbedaan – perbedaan mendasar dari metode
introspeksi dengan metode introspeksi eksperimental adalah di dalam metode
introspeksi yang murni penelidik menjadi
obyek penyelidikan akhirnya kesimpulan hanya didasarkan pada dirinya
sendiri sementara dalam metode
intospeksi eksperimen yang menjadi obek
penyelidikan ( obyek eksperimen ) bukanlah diri penyelidik melainkan subek lain
yang terdiri lebih dari satu subyek atau dalam jumlah yang banyak. Dengan
subyek penelitian yang banyak maka sangatlah
diharapkan bahwa hasil penelitian memiliki obyektifitas.
Ciri – ciri Metode Introspeksi eksperimen adalah :
a. Subyek penelitian terdiri lebih dari satu
orang ( kelompok ).
b. Subyek penyelidikan di beri tugas,, misalanya
memecahkan suatu permasalahan (problem solving)
c. Langkah selanjutnya individu di harapakan
untuk menceritakan kembali dengan teliti bagaimana subyek penyelidikan mendapatkan jawaban – jawabannya ( retrospeksi
) terhadap tugas yang diberikan.
d. Menyimpulakan jawaban dari tiap – tiap
individu. Dimana kesimpulan yang diperoleh penyelidik adalah berdasarkan introspeksi
eksperimental.
3)
Metode Ekstropeksi
Arti kata ektrospeksi ialah melihat keluar ( extro =
keluar speksi dari spektare =
melihat ). Metode ekstrospeksi muncul untuk mengatasi metode sebelumnya yaitu
introspeksi yang oleh para ahli di anggap memiliki banyak kelemahan . pada
metode ekstrospeksi yang menjadi subyek penelitian ialah orang di luar diri
penyelidik atau orang lain dengan demikian diharapakan adanya sifat yang lebih
obyektif dalam melakukan menyelidikan .Metode
ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode
introspeksi. Pada metode ekstropeksi subjek penelitian bukan dirinya sendiri
tetapi orang lain. Dengan demikian diharapkan adanya sifat
yang objektif dalam penelitian itu.
4)
Metode Kuesioner
Kuesioner
sering pula disebut angket merupakan metode penelitian dengan menggunakan daftar
pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang
menjadi subjek dari penelitian tersebut dan berdasarkan pada jawaban dan atau isian itu
penyelidik mengambil kesimpulan mengenai subyek yang di selidiki.
Angket berdasarkan
atas subyek yang di berikan angket dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Angket langsung yaitu apabila yang menjawab
atau mngisi angket itu subyek yang diselidiki sendiri ( bukan orang lain )
b. Angket tidak langsung yaitu apabila yang
harus menjawab atau mengisi angket bukan subyek yang di selidiki sendiri
melainkan orang lain . subyek pada angket tidak langsung, bisa anak kecil,
orang tua, atau orang yang memiliki cacat fisik misal buta dan buta huruf dan
sebagainya.
Adapun angket apabila di tinjau dari bentuknya angket
di bedakan menjadi tiga bentuk yaitu :
a. Angket dengan bentuk pertanyaan tertutup ( close
question ) yaitu bentuk pertanyaan dimana orang yang kenai angket (
responden ) tinggal memilih jawaban – jawaban yang telah disediakan dalam
angket tersebut. Pada angket jenis ini responden tidak dapat memberikan jawaban
yang luas karena telah di batasi oleh alternative – alternative jawaban yang
telah tersedia..
b. Angket dalam bentuk pertanyaan terbuka ( open
question ) yaitu bentuk pertanyaan
dimana responden masih di berikan kesempatan seluas – luasnya untuk memberikan
jawaban. Pada agket jenis ini belum dibatasi bagaimanaa jawaban dari masing –
masing item.
c. Angket dengan pertanyaan terbuka dan tertutup ( open and
close questioner ) yaitu merupakan campuran dari kedua macam pertanyaan
tersebut. Pada agket jenis ini responden harus menjawab pertanyaan yang harus
di jawab dengan leluasa dan pertanyaan yang jawabannya sudah di sediakan atau
dibatasi.
Berdasarkan tasa aspek – aspek kepribadian di selidiki
di bedakan menjadi :
a. Angket umum, yaitu angket yang bertujuan
untuk mendapatkan data yang selengkap mungkin mengenai subyek yang diselidiki
sehingga dapat menghasilkan apa yang biasa di sebut `` psikografi ``.
b. Angket khusus yaitu angket yang bertujuan
untuk mendapatkan data mengenai gejala – gejala atau aspek – aspek kepribadian
khusus, misalnya kesukaran dalam belajar dan sebagainya.
Seperti halnya metode penelitian yang lainya metode
angket juga memiliki kelemahan di samping memiliki kelebihan. Keuntungan metode
angket ialah
a) Biaya relatif rendah
b) Waktu untuk mendapatkan data relative
singkat dan dalam waktu yang singkat dapat diperoleh banyak data.
c) Untuk
pelaksanya tidak di butukan keahlian mengenai lapangan yang sedang di
selidiki.
d) Dapat di lakukan sekaligus dengan subyek
yang besar jumlahnya
e) Menjangkau sempel dengan jumlah yang besar
karena dapat dikirimkan lewat pos, e-mail dan lain lain.
Kelemahan – kelemahan metode angket
a) Terlebih dahulu harus ada perumusan yang
benar – benar jelas mengenai masalahnya. Hal ini tidak mudah melakukanya.
b) Kalau masalah jelas. Merumuskan dalam
angket tidak mudah. Bahasa yang di gunakan harus cukup mudah dan dapat
diharapkan diberi arti sama oleh mereka yang harus mengisinya. Karena itu
pemilihan kata – kata yang digunakan terlebih – lebih istilah teknis harus
benar – benar teliti.
c) Jika kedua hal tersebut diatas telah dapat
diatasi dan angket telah di kirim kepada sejumlah besar subyek maka akan
ternyata yang menjawab dan mengirim kembali angket itu hanya sebagian dari
subyek yang diselidiki. karena berbagai alasana mungkin karena kesibukan.
Mungkin karena yang diselidiki dalam angket jawaban mengenai kelemahannya dan alasan
– alasan yang lain lagi – orang tidak mengirim lagi angket yang di terimanya .
hal ini dapat berakibat data yang diperoleh tidak dapat memberikan gambaran
yang sebenarnya mengenai hal yang diselidiki.
d) Dari data yang di peroleh masih ada
kesukaran lagi karena bahasa yang dipergunakan oleh si penjawab tidak mempunyai
arti yang sama sehingga interprestasinya harus hati – hati.
e) Tidak dapat benar – benar di jamin, bahwa
jawaban atau isian dalam angket memberikan data menurut apa adanya. Mungkin
dengan sengaja atau tidak si subyek menyembunyikan kelemahannya. Mungkin untuk
menjawab atau mengisi itu dia merundingkan dengan orang lain dan hal ini tidak
dapat di usut.
5) Metode
Interview ( wawancara )
Dalam interview, peneliti mengajukan pertanyaan –
pertanyaan dan menganalisis jawabanya. Sifat dari interview tergantung pada
tujuan penelitian. Kadang – kadang kita melakukan interview dengan dipandu oleh
sejumlah pertanyaan yang telah disusun ( kuesioner ) ; kadang juga peneliti melakukan interview
seorang demi seorang secara terpisah ; kadang peneliti menghabiskan waktu
berjam – jam untuk masing – masing subjek karena melakukan interview secara
mendalam.
Peneliti Dapat menggunakan in-depth interview dan
seringkali ditambah dengan observasi dan kuesioner untuk menggali perkembangan
individu. Apabila ingin meneliti tentang bagaimana seorang anak remaja menjadi
nakal , maka akan ditanyakan sejumlah pertanyaan yang sudah tersedia yang
berisi indicator dari perilaku nakal, kemudian melalui pertanyaan mendalam
menanyakan tentang latar belakang keluarga, pergaulan, sejarah akademiknya, dan
melakukan observasi di sekolah atau dalam pergaulannya di luar sekolah juga di
rumah. Semua ini dilakukan untuk
mengetahui mengapa dan bagaimaan remaja tersebut menjadi nakal
Melakukan wawancara berarti pewawancara melakukan Tanya jawab dengan subjek untuk memancing
agar subjek mengungkap isi hatinya, pandangan – pandanganya dan lain – lain
sehingga pewawancara bisa menggali informasi yang di perlukan. Untuk wawancara
yang baik memang tidak mudah dan perlu beberap latihan karena tidak mudah untuk
membuka pinti hati seseorang dalam waktu singkat. Ada beberapa teknik wawancara
yang dapat digunakan pewawancara, yaitu :
1) Wawancara bebas, pertanyaan dan jawaban di
berikan secara bebas oleh psikolog maupun yang diwawancara.
2) Wawancara terarah, dalam hal ini sudah ada
beberapa pokok pembahasan yang harus diikuti pewawancara dalam mengadakan
wawancaranya.
3) Wawancara terbuka, pertanyaan sudah
ditentukan sebelumnya, namun jawaban dapat di berikan secara bebas aatau tidak
terikat.
4) Wawancara tertutup, pertanyaan sudah
ditentukan sebelumnya dan kemungkinan – kemungkinan jawaban juga sudah
disediakan sehingga orang yang di periksa hanya tinggal memilih pilihan jawaban
yang sudah di sediakan oleh pewawancara.
Menurut bentunya wawancara dapat di golong – golongkan sebagai berikut :
a) Wawancara tak berstruktur atau bebas ( non
structured interview ) yaitu wawancara dimana arah pembicaraan sekehendak tidak
terbimbing kesuatu tema pokok tertentu. Karena sifat pembicraraan yang demikian
itu maka suasana dalam wawancara itu akan benar – benar bebas tanpa syak
wasangaka. Sehingga apa yang terkandung di hati dapat dilahirkan tanpa ragu –
ragu. Akan tetapi disamping kebaikan bahwa dapat diciptakan suasa bebas itu
bentuk wawancara ini mengandung kelemahan yaitu karena tema pokok pembicaraan
tidak di tentukan terlebih dahlulu, maka besar kemungkinan bahwa hal yang
sebenarnya yang akan di selidiki akan menyimpang kemana – mana.
b) Wawancara berstruktur (structured interview
) yaitu wawncara diman hal – hal yang akan
dibicarakan telah ditentukan terlebih dahulu. Keuntungan dari wawancara ini arah pembicaraan
telah pasti yaitu terbatas pada hal – hal yang perlu d dibicarakan dalam
wawanncara itu. Jadi tidak mungkin pembicaraan akan menyimpang pada soal – soal
yanga lain. Sedangkan kelemahannya, di karenakan dalam wawancara terlalu
formil, maka sukar di dapat suasana yang benar – benar bebas dan santai subyek
yang diselidiki terdorong menjawab tidak terus terang sehingga data yang di
peoleh secara wajar kiranya akan sangat besar manfaatnya untuk kepentingan
diagnosis psikologis.
c) Wawancara terarah , wawancara ini merupakan
sintesa dari kedua bentuk wawancara yang telah dibicarakan di atas . dimulai
dengan bentuk struktur unuk menimbulkan suasana bebas dan santai serta akrab.
Kelebihan metode wawancara adalah dalam perbandingan
dengan metode – metode yang telah di bicarakan terlebih dahulu. Berkat adanya
face to face relation antara si penyelidik dan subyek yang di selidiki, hal –
hal yang menimbulkan keragu – raguan dapat segera di cari kejelasannya. Dengan
persiapan yang teliti dan di lakukan oleh penyelidi yang mampu, metode ini akan
memberikan data yang sangat kaya.
Kelemahan – kelemahan metode wawancara ialah metode
wawancara menuntut persyaratan yang sangat berat sehngga sering di pandang
sebagai kelemahan metode tersebut. Diantara hal tertsebut adalah pelaksana
harus benar – benar tahu dalam bidang yang di selidiki jika di kehendaki
penelidikan itu berhasil dengan sebaik – baiknya, biaa relative tinggi dan
waktu yang di perlukan panjang.
6) Metode
Biografi
Merupakan
metode tulisan tentang kehidupan seseorang yang merupakan riwayat hidup. Dalam
biografi, orang menguraikan tentang keadaan, sikap-sikap ataupun sifat-sifat
lain mengenai orang yang bersangkutan. Dalam biografi orang menguraikan tentang keadaan,
sikap – sikap atau sifat – sifat lain mengenai diri yang bersangkutan. Metode
ini lebih mengarah ke sejarah kehidupan. Karena sejarah hidup seseorang dapat
merupakan sumber data yang penting untuk memengaruhi jiwa orang bersangkutan.
Metode ini dapat disusun melalui dua cara, yaitu : melalui pembuatan buku
harian, dan melalui rekonstruksi biografi.
Bahan – bahan biografis yang banyak digunakan dalam
penyelidikan adalah :
i.
Biografi yaitu tulisan mngenai kehidupan yang di buat oleh orang lain
sering sangat bermanfaat dalam mengungkapkan kepribadian seseorang. Tulisan ini
sering di pengaruhi oleh sikap penuis terhadap orang yang ditulis biografinya.
Suatu anjuran , hendaklah metode ini jangan dipergunakan sebagai metode tunggal
dan satu – satunya metode .
ii.
Otobiografi yaitu biografi yang ditulis sendiri oleh obyek yang
bersangkutan . kiranya mudah sekali dimengerti bahwa entah dengan sengaja atau
tidak orang akan berusaha menyembunyikan kelemahannya dalam tulisan tersebut.
Dengan demikian maka analisa dan interprestasi mengenai data ini lebih
membutuhkan kehati – hatian.
iii.
Buku harian, buku harian di tulis oleh seseorang biasanya berisikan hal
– hal yang bersifat pribadi dan biasanya yang dianggap rahasia oleh yang
bersangkutan. Maka dari itulah buku harian merupakan sumber data yang sangat
berharga untuk keperluan penelidikan psikologis
iv.
Kenang – kenangan masa muda yang biasanya di tulis oleh mereka yang
telah melewati umur . kenang – kenangan yang demikian ini tentu merupakan
sumber data penyelidikan psikologis yang sangat berharga.
v.
Case history merupakan penggunaan berbagai sumber biografis dan masa
lampau untuk keperluan analisa atau gejala. Semakin lengkap data mengenai masa
lampai si subyek maka akan semakin tepat diagnosis yang di buat atas dasar – dasar
data tersebut.
7)
Metode Analisis Karya
Merupakan
suatu metode penelitian yang dengan mengadakan analisis dari hasil karya. Hasil karya seseorang di pandang sebagai
pengabdian dari pada sebagian tingkah lakunya, karena prestasi di hasilkan dari
kegiatan. Karena itu hasil karya dapat di pakai sebagai salah satu metode untuk
mengungkap kejadian atau sifat – sifat psikis seseorang.
8 )
Metode Klinis
Metode
ini mula-mula timbul dalam lapangan klinik untuk mempelajari keadaan orang
orang yang jiwanya terganggu (abnormal)
9)
Metode Testing
Merupakan
metode penelitian yang menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan, atau tugas
lain yang telah distandarisasikan. Dalam psikologi kata test mula – mula di gunakan oleh
J. M. Cateel pada tahun 1890 dan sejak itu semakin popular sebagai nama metode
psikologis yang dipergunakan untuk menetukan ( mengukur ) aspek – aspek
tertentu dari pada kepribadian. Diantara
definisi yang di berikan oleh para ahli adalah sebagai berikut “test adalah
pertanyaan – pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah – perintah yang
harus di jalankan. Yang berdasarkan pada bagaimana testee menjawab pertanaan –
pertanaan dan atau melakukan perintah – perintah – perintah itu penyelidik
mengambil kesimpulan dengan cara membandingkanna dengan standart atau testee
yang lain”
10)
Metode Statistik
Pada
umumnya metode ini digunakan untuk mengadakan penganalisisan terhadap materi
atau data yang telah dikumpulkan dalam suatu penelitian
1.3 Macam-Macam
Pengumpulan Data
a.
Eksperimen
Eksperimen adalah suatu percobaan atau serangkaian percobaan pada sebuah proses
atau sistem yang dilakukan dengan perubahan yang sengaja dilakukan pada
variabel input sehingga kita dapat mengamati dan mengidentifikasi penyebab
perubahan pada output sistem tersebut. Eksperimen diyakini mempengaruhi
perilaku yang diteliti, dimanipulasi dengan prosedur yang dikontrol secara
seksama di mana satu atau lebih variabel yang dibuat konstan. Jika perilaku
yang diteliti berubah suatu saat sebuah variabel akan dimanipulasi, kita dapat
mengatakan bahwa variabel yang dimanipulasi menyebabkan perubahan-perubahan
perilaku. Dengan kata lain, eksperimen telah memperlihatkan sebab dan akibat.
Sebab ialah perilaku yang dimanipulasi dan akibat ialah perilaku yang berubah
karena manipulasi. Penempatan acak (random assignment) terjadi ketika para
peneliti menempatkan subjek secara kebetulan kedalam kondisi eksperimen dan
kontrol, sehingga mengurangi kemungkinan bahwa hasil eksperimen akan disebabkan
oleh beberapa perbedaan yang telah ada sebelumnya.
Penempatan
acak atau random assignment adalah peneliti menempatkan sebuah subjek
penelitian ke dalam suatu kelompok tanpa disengaja. Teknik ini mengurangi
kecenderungan bahwa hasil eksperimen akan sangat dipengaruhi oleh perbedaan
antar kelompok yang sudah ada sebelumnya (Martin, 2004). Jumlah subyek untuk
penelitiannya dibutuhkan banyak, sehingga dengan luasnya atau banyaknya subyek
penelitian maka hasil yang didapatkan obyektif. Terdapat beberapa aspek penting
dalam teori modelling atau eksperimen, yaitu :
- Subjek
- Objek
- Treatment
- Observasi atau perekaman : pengukuran
- Observer : pelaku pengukuran
- Variabel : perilaku modelling
-
Variabel Independen (bebas)
-
Variabel Dependen (Terikat)
- Etika (aspek terpenting dalam penelitian)
- Hipotesis
Subjek adalah individu yang akan diteliti atau dibeikan sebuah
eksperimen. Misalnya, anak yang terdapat di penelitian Bandura dengan Bobo
doll’s nya.
Objek
adalah alat yang digunakan untuk
melakukan penelitian eksperimen.
Treatment
adalah pemberian perilaku terhadap
subjek tersebut.
Observasi
adalah pengukuran yang dilakukan
terhadap subjek dan objek. Peneliti mengidentifikasi subjek dengan mengamati
perilaku subjek setiap harinya untuk mengetahui hasilnya.
Observer
adalah pelaku pengukuran tersebut
yang dimana ia memiliki tugas untuk mengidentifikasi subjek.
Variabel
adalah segala sesuatu yang dapat
berubah. Terdapat dua variabel dalam eksperimen yaitu variabel independen
(bebas) dan variabel dependen (terikat). Variabel bebas adalah faktor
eksperimental yang dimanipulasi. Ia adalah potensi penyebab. Penamaan ”bebas”
digunakan karena variabel ini digunakan untuk dapat dimanipulasi mandiri dari
faktor lain untuk menentukan akibatnya. Para peneliti memiliki banyak pilihan
yang terbuka untuk mereka memilih variabel bebas dan satu eksperimennya dapat
melibatkan beberpa variabel bebas. Variabel terikat adalah faktor yang
dapat berubah dalam suatu eksperimen sebagai respons terhadap perubahan pada
variabel bebas. Sebagaimana peneliti memanipulasi variabel bebas, mereka
mengukur variabel terikat untuk berbagai hasil akibat. sebuah aspek penting
dari pengonseptualisasian sebuah masalah penelitian adalah menghasilkan cara
konkret untuk mengukur variabel sendiri yang diteliti.
Etika
adalah aspek terpenting dalam
melakukan sebuah penelitian. Dimana peneliti harus memikirkan kembali apakah
eksperimen yang akan dilakukan melanggar sebuah etika atau dapat dikatakan
tidak memiliki etika untuk mengeksperimenkan penelitian yang akan dilakukan.
Misalnya: eksperimen perbedaan anak dibawah umur merokok karena dipengaruhi
lingkungan atau teman sebaya. Tidak memungkinkan jika anak dibawah umur kita berikan
rokok untuk mengetahui hasilnya. kode etik yang diadopsi oleh APA
menginstruksikan para peneliti untuk melindungi subjek mereka dari bahaya
mental dan fisik. kepentingan terbaik subjek harus dijaga terutama di dalam
pikiran peneliti. semua subjek harus memberi persetujuan mereka untuk
berpastisipasi dalam studi penelitian, yang mensyaratkan bahwa subjek harus
mengetahui bagaimana partisipasi mereka akan dilibatkan dan resiko apa yang
mungkin berkembang. misalnya, subjek penelitian satu dengan satu yang lain
harus diberitahukan sebelumnya bahwa kuisioner dapat merangsang pemikiran
tentang isu yang mungkin tidak mereka antisipasi. subjek juga harus
diinformasikan bahwa dalam beberapa hal suatu diskusi tentang isu yang mungkin
dimunculkan dapat memperbaiki. persoalan etis khusus mengatur pelaksanaan
penelitian dengan anak-anak. pertama jika anak-anak harus diteliti, harus ada
persetujuan yang diinformasikan dari orang tu atau wali yang sah. Orang tua
memiliki hak untuk memperoleh gambaran yang memiliki lengkap dan akurat tentang
apa yang akan dilakukan pada dan oleh anak-anak mereka dan dapat menolak untuk
brpastisipasi. kedua, anak-anak juga memiliki hak. Psikolog berkewajiban
menjelaskan secara persis apa yang akan dialami oleh anak-anak. anak dapat menolak
untuk berpastisipasi, bahkan setelah persetujuan orang tua diberikan. jika
demikian, para peneliti haruslah tidak menguji anak. Ketiga, psikolog harus
selalu menimbang potensi yang membahayakan anak-anak dibandingkan dengan
prospek manfaatnya bagi mereka. Keempat karena anak-anak berada dalam suatu
posisi yang rawan dan lemah serta kurang kendali ketika menghadapi orang
dewasa, psikolog sebaiknya selalu berusaha membuat pertemuan profesional
sebagai suatu pengalaman yang positif dan mendukung.
Hipotesis
adalah pernyataan sementara saat
penelitiaan. Gagasan yang muncul secara logis dari sebuah teori. Ia merupakan
suatu peramalan yang dapat diuji, bisa juga dianggap sebagai sebuah tebakan
ilmiah atau teori yang diberikan dan penerapan logika.
Tujuan
dari ekperimen sendiri adalah untuk mengontrol sebuah perilaku yang dimunculkan
dimana penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui sebuah hasil akhir yang
dapat diidentifikasi bagaimana setiap individu berperilaku. Dimana tujuan dari
ilmu psikologi adalah mengamati serta memahami perilaku dan menarik kesimpulan
memahaminya untuk mengaplikasikan ilmu psikologi tersebut untuk mengontrol
perilaku yang dimunculkan.
Beberapa
peringatan mengenai penelitian eksperimen, Validitas merujuk pada
kekuatan kesimpulan yang kita tarik dari suatu eksperimen. Ada dua jenis
validitas yang penting bagi desain eksperimental. Jenis pertama adalah
validitas ekologi (ecological validity) yang merujuk pada tingkat di mana
desain eksperimental mewakili persoalan-persoalan di dunia nyata seperti yang
seharusnya ditangani. Hal ini bermaksud, apakah metode eksperimental yang
seharusnya ditangani. Tujuannya untuk mengetahui apakah metode
eksperimental dan hasilnya dapat digeneralisasikan kepada dunia nyata.
b. Survey dan
Wawancara
Survey
adalah suatu bentuk penelitian untuk dapat memperoleh informasi serta argumen
dalam bentuk kuisioner atau wawancara kepada responden. Penelitian seperti ini
diberikan kepada responden secara spesifik, dalam bentuk sebuat pertanyaan atau
pilihan. Survey adalah cara terbaik untuk mendapatkan sebuah informasi yang
menanyakan untuk hasil jawaban yang dibutuhkan peneliti. Pertanyaan yang
diajukan juga cukup spesifik dan standar. Survey yang baik adalah dimana isi
dari pertanyaan tersebut jelas dan tidak memungkinkan responden menjawab dengan
ambigu serta memungkinkan penilaian akan keaslian jawaban. Pertanyaan dapat
berupa keyakinan agama, kebiasaan individu atau dapat pula pengendalian
individu. Keuntungan utama dari survey ialah dapat dengan mudah diberikan
kepada sejumlah besar responden.
Wawancara juga sebuah metode penelitian yang sering digunakan oleh peneliti.
Karena wawancara bersifat terbuka. Wawancara dapat dilakukan dengan bertatap
muka, melalui telepon atau melalui media seperti internet. Model wawancara
beragam, mulai dari yang sangat tidak terstuktur hingga yang sangat
terstruktur. Struktur ditentukan oleh pertanyaan-pertanyaan itu sendiri atau
pewawancara. Survey dan wawancara bersifat terstruktur dan terbuka.
Pertanyan-pertanyaan bersifat spesifik. Survey dan wawancara memiliki masalah
dalam penelitiannya, kecenderungan responden untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dengan cara yang mereka pakai untuk diterima atau
digunakan secara sosial, bisa saja mereka menjawab dengan apa yang benar-benar
muncul dalam pikiran atau yang mereka rasakan daripada dengan cara
mengkomunikasikan apa yang benar-benar pikirkan. contoh-contoh pertanyaan
wawancara yang terstuktur adalah : pada minggu lalu, seberapa sering anda
meneriaki pasangan, dan berapa sering pada tahun yang lalu anak anda terlibat
dalam perkelahian di sekolah.
Kadang-kadang cara terbaik dan tercepat untuk memperoleh informasi dari
orang-orang adalah dengan cara meminta informasi dari mereka. para psikolog
menggunakan wawancara untuk mengetahui pengalaman dan sikap para
individu.
Terdapat
beberapa aspek penting saat melakukan penelitian dengan metode survey yaitu :
- Responden (subjek) :
- Alat ukur (angket, skala, kuisioner) : Isinya berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk dijawab oleh responden.
- Hipotesis : aspek penting dari pengujian hipotesis adalah analisis data.
- Pengukuran
- Variabel
Pewawancara
yang berpengalaman mengetahui bagaimana memudahkan responden dan mendorong
mereka untuk terbuka penggunaan strategi wawancara ini memaksa para
peneliti untuk terlibat dan bukan terpisah dari subjek mereka yang menghasilkan
pemahaman yang lebih baik. Satu contoh sebuah survey yang dilakukan Gallup
(1999), menanyakan para orang tua mengenai keyakinan mereka tentang masalah terpenting
yang dihadapi sekolah. Masalah-masalah tersebut : 43 persen mengatakan
obat-obatan terlarang , 40 persen hubungan seksual, 39 persen disiplin di dalam
kelas, 28 persen kekerasan, dan 25 persen tekanan sosial di antara siswa untuk
menjadi populer. survey ini dilakukan melalui wawancara telepon dengan sampel
yang dipilih secara acak sebanyak 338 orang tua di Amerika Serikat. Pembahasan
mengenai sampling acak sebelumnya karena sampling acak dianggap sebagai aspek
penting dari proses survey.
Kuesioner adalah sama dengan wawancara yang sangat terstruktur kecuali
responden membaca pertanyaan-pertanyaan dan menandai jawaban-jawaban mereka di
atas kertas dan bukan menjawab secara verbal kepada pewawancara.
Kedua
metode tersebut memiliki perbedaan yang spesifik yaitu eksperimen memiliki
sebuat treatment atau pemberian perilaku terhadap subjek sedangkan metode
penelitian survey tidak menggunakannya melainkan hanya pemberian sebuah angket,
wawancara dan kuisioner.
c. Observasi
Dalam observasi peneliti mengamati aktivitas sehari –
hari individu dan secara hati – hati melaporkan perilakunuya. Observasi
dilakukan di rumah, sekolah, kantor, tempat bermain, di jalanan, di tempat
pesta dan lain sebagainya. Dalam observasi individu berprilaku spontan dalam
situasi alamiyahnya, maka peneliti lebih percaya diri dalam menggeneralisasi
hasil observasi pada situasi yang lain. Dengan observasi dapat di peroleh
informasi yang berharga tentang efek variable lingkungan atau faktor lain,
terhadap perilaku. Agar observasi berhasil di perlukan aturan yang jelas untuk mengkategorikan dan
melaporkan apa yang di observasi, yaitu untuk menjamin validitas dan
rehabilitas onservasi. Ada dua macam study observasi, yaitu :
i.
Naturalistic study (
observasi alamiah ). Dalam oobservasi alamiah peneliti mengobservasi dan
melaporkan apa yang di observasi tanpa mengubah situasi. Missal , mengobservasi
perilaku bermain anak di situasi sekolah, maka kita akan mengobservasi anak
tersebut di sekolahnya pada saat bermain
dengan teman – temannya.
ii.
Field study dalam study lapangan peneliti
memasukkan beberapa faktor dalam situasi alamiah sehingga mengubah situasi tersebutr dan kemudian
mengobservasi perilaku individu. Misalnya , ingin mengobservasi perilaku
agresif anak – anak bila keinginan mereka tidak di penuhi, maka peneliti akan
merancang situasi tersebut di dalam tempat tertentu ( di rungan anak di
perliatkan banyak mainan, tetapi pada saat anak ingin mengambil mainan tersebut, maka peneliti
mengabmboil mainan itu sehingga anak tidak bisa menjangkaunya ) dan kemudian
mengamati perilaku anak.
Dalam melakukan observasi, peneliti harus memutuskan
perilaku yang akan di catat. Bila peneliti tertarik untuk mengetahui segala
sesuatu yang dilakuka oleh subjek penelitian, maka mereka mengggunakan specimen
record . jika peneliti tertarik untuk mempelajari perilaku tetentu seperti,
bagaimana subjek (missal anak ) memberi
tanggapan terhadap disiplin yang diberikan porang tua., maka dilakukan teknik event
sampling. Dalam penddekatan event sampling, peneliti mencatat
sejumlah perilaku yang terjadi pada suatu periode waktu tertentu, misalnya
ibngin mengobservasi perilaku anak di sekolah saat proses belajar mengajar
terjadi dalam waktu satu jam, maka kita bisa membagi satu jam kedalam 12 unit
waktu yang masing – masing unitnya 5 menit. Pada setiap unit perilaku apa saja
yang muncul kemudian di catat.
0 komentar :
Posting Komentar