Sabtu, 28 Maret 2015



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Studi tentang perkembangan  manusia merupakan usaha yang terus berlangsung dan berkembang. Seiring dengan berkembangnya, studi tentang perkembangan  manusia telah menjadi sebuah disiplin ilmu dengan tujuan untuk memahami lebih dalam tentang apa dan bagaimana proses perkembangan  manusia baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif
Bagi anak-anak usia sekolah dan remaja, perkembangan fisik dan perkembangan kognitif secara kuantitatif maupun kualitatif yang optimal adalah sangat penting, sebab perkembangan tersebut  secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi perilaku sehari- hari.
 Secara garis besarnya, tahap perkembangan yaitu , masa prasekolah (0,0-6,0 tahun), masa usia sekolah dasar (6,0-12,0), masa usia sekolah menengah (12,0-18,0). Studi maupun teori-teori tentang perkembangan  manusia secara fisik maupun kognitif sangat dibutuhkan oleh dunia pendidikan untuk membantu membimbing  baik orang tua maupun guru tentang perkembangan anak kearah kedewasaan .

1.2           Rumusan Masalah
1)                  Bagaimana perkembangan fisik siswa SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA?
2)                  Bagaimana perkembangan kognitif siswa SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA?
3)                  Bagaimana implikasi tahapan perkembangan fisik dan kognitif dalam pembelajaran?



1.3           Tujuan Penulisan
1)                  Untuk mengetahui perkembangan fisik siswa SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA
2)                  Untuk mengetahui perkembangan kognitif siswa SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA
3)                  Untuk mengetahui implikasi perkembangan fisik dan kognitif dalam proses pembelajaran


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Pengertian lain dari perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme meuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis.
2.2 Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan individu. Menurut Seifert dan Hoffnung (1994), perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan dalam tubuh (pertumbuhan otak, system syaraf, dan lain-lain), dan perubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya, serta perubahan dalam kemampuan fisik. Perkembangan tersebut meliputi perkembangan fisik melewati fase-fase perkembangan sebagai berikut.[1]
TAHAP PERKEMBANGAN FISIK
USIA
Masa usia pra sekolah
0,0-6,0
Masa usia sekolah dasar
6,0-12,0
Masa usia sekolah menengah (SMP-SMA)
12,0-18,0
Masa usia mahasiswa
18,0-25,0


A. Perkembangan Fisik Masa Usia pra sekolah (0,0-6,0)
Perkembangan anak cepat sekali sebelum mereka masuk sekolah taman kanak-kanak dan sekolah dasar yaitu antara umur 3-6 tahun. Mereka mulai menggunakan ketrmpilan fisik untuk mencapai tujuan. Secara kognitif mereka mulai berkembang dan mengerti sekolah dari hubungan mereka dari dunia sekitar. Pada umur 6 tahun, anak-anak dapat berbicara hampir sempurna, tidak hanya mengungkapkan keinginannya dan kebutuhan mereka, tetapi juga menyampaikan ide-ide dan pengalaman-pengalaman mereka
Perkembangan fisik menggambarkan perubahan dalam penampilan fisik anak-anak, sama seperti dalam keterampilan motor mereka. Dalam tahun-tahun sebelum masuk taman kanak-kanak ,urut-urutan perkembangan motor semua anak pada umumnya sama, walaupun ada beberapa anak yang lebih cepat dari yang lain.Perkembangan fisik anak ditandai dengan hilangnya ciri-ciri perut yang menonjol, seperti halnya kaki dan tubuh yang berkembang lebih cepat dari pada kepala mereka.
Prestasi fisik yang penting dalam masa ini adalah bertambahnya kontrol anak terhadap gerakan-gerakan motor dari yang tidak karuan menjadi teratur dan terarah. Mereka sudah dapat menali sepatunya, menulis huruf abjad, berjalan, berlari, dan sebagainya. Mereka juga dapat menunjukkan keterampilan motor yang baik, seperti memotong dengan gunting, dan menggunakan pensil warna untuk mewarnai sebuah gambar. Mereka juga mulai belajar menulis kalimat dan kata-kata. Setelah enam atau tujuh tahun umur mereka, semua keterampilan dasar tersebut dapat dikuasai.
Anak yang mulai masuk sekolah SD akan melalui masa transisi yaitu suatu masa ketika anak tumbuh dan berkembang dalam semua bidang dan mulai pada suatu fase perkembangan yang lebih perlahan-lahan. Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Namun pada umur 6 atau 7 tahun biasanya anak telah matang untuk memasuki sekolah dasar. Pada masa ini secara relative anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya.

B.  Perkembangan Fisik Masa Usia Sekolah Dasar (6-12 tahun)
Selama di sekolah dasar, perkembangan fisik anak-anak tumbuh lebih lambat dibandingkan ketika mereka memasuki masa kanak-kanak. Anak-anak pada masa ini mengalami perubahan yang relatif stabil sedikit.
Perkembangan otot didahului oleh perkembangan tulang dan kerangka. Oleh karena itu, untuk pertumbuhan otot diperlukan banyak latihan.      Pada umur kira-kira 9-10 tahun banyak anak perempuan yang tumbuh terus sampai mereka berumur 18 tahun, atau berakhir sampai pubertas. Pertumbuhan ini dimulai dengan makin panjangnya tangan dan kaki secara cepat, tubuh semakin langsing dan perkembangan motoric menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi. Pada anak perempuan sudah mulai tumbuh buah dada dan rambut pada alat kelaminnya.
Saat mulai berumur 11-12 tahun,hampir semua anak perempuan telah tumbuh otot dan tulang rawan pada anggota badan mereka. Pada saat ini, anak perempuan mulai matang. Dan akhir umur 11 tahun mereka lebih tinggi, lebih berat, dan lebih kuat daripada anak laki-laki. Pada umur 13 tahun hampir semua anak perempuan mendekati puncak pertumbuhan dan anak laki-laki yang mulai matang dilanjutkan perlahan-lahan dan tetap tumbuh sampai akhir anak-anak. Anak perempuan akan mulai datang bulan atau menstruasi biasanya 13 tahun. Untuk anak laki-laki ditandai oleh ejakulasi pertama dan terjadi antara umur 13-16 tahun.
C.  Perkembangan Fisik Masa Usia Sekolah Menengah (SMP-SMA)
Masa perkembangan remaja dimulai dari masa puber, umur 12-14 tahun. Masa puber atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang secara cepat. Pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubahan permulaan remaja kira- kira umur 14-16 tahun. Pubertas adalah suatu rangkaian perubahan fisik yang membuat organisme secara matang mampu berproduksi. Hampir setiap organ dan system tubuh dipengaruhi oleh perubahan ini. Anak yang mengalami puber awal akan mengalami berbeda dengan puber akhir. Dalam penampakan luar karena perubahan tinggi, proporsi tubuh, dan adanya tanda-tanda perkembangan seksual pertama dan kedua.
Walaupun urutan kejadian pada pubertas pada umumnya sama bagi setiap anak. Waktu dan kecepatan tiap-tiap anak berbeda. Rata-rata anak perempuan mengalami perubahan 1 sampai 2 tahun lebih awal daripada anak laki-laki. Seperti pada permulaan kecepatan, perubahan juga bervariasi, beberapa anak pada 18 sampai 24 bulan dari permulaan sudah mengaami perubahan untuk matang berproduksi, sedangkan yang lain mungkin  memerlukan 6 tahun untuk berubah melalui tahap-tahap yang sama.  Perbedaan ini berarti bahwa beberapa individu mungkin beul-betul sudah matang secara sempurna, sedangkan yang lain pada umur yang sama bahkan mulai baru pubertas. Perbedaan umur maksimum adalah 13 tahun untuk laki-laki dan kira-kira 11 tahun untuk perempuan. Perbandingan antara mereka sendiri merupakan suatu masalah karena ada yang sudah matang merupakan masalah bagi anak yang belum matang. Sebaliknya, anak yang matang pertama kali barangkali merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan karena mereka diantara anak yang belum matang.

1)      Reaksi terhadap pubertas

Satu dari tantangan yang lebih penting untuk remaja adalah menyesuaikan diri terhadap perubahan tubuhnya. Koordinasi dan aktifitas fisik harus disesuaikan cepat-cepat seperti tinggi, berat, dan perubahan ketrampilan. Tubuh baru harus diintegrasikan kedalam kesan diri yang ada. Kebiasaan baru harus dipelajari dan dikembangkan. Sebagai remaja yang menjadi orang dewasa dalam penampilannya, mereka menemukan diri mereka sendiri dan diharapkan untuk bertingkah lak sebagai orang dewasa tanpa memandang emosi, intelek, dan kematangan social mereka. Tujuan remaja adalah untuk dapat bereproduksi. Jadi, remaja dihadapkan pada potensi-potensi baru yang meliputi minat terhadap seksual, fantasi erotik dan eksperimen. Masturbasi menjadi kegiatan tetap bagi sebagian besar remaja dan meningkatnya presentase remaja untuk berhubungan seks. Kegiatan seksual mengharuskan remaja berhadapan dengan kemungkinan pemindahan penyakit, konflik dengan orang tua dan kehamilan.[2]

2)      Kematangan awal dan kematangan terlambat

Pestein (1987) menunjukkan bahwa anak yang matang lebih suka cemas, marah, sering konflik dengan orang tua dan mempunyai harga diri yang lebih redah daripada anak yang msuk pubertas lebih akhir. Tetapi dengan berjalannya waktu, mereka yang matangnya lebih awal akan menyesuaikan diri terhadap perubahan lebih lama. Mereka lebih populer, lebih mudah bergaul dan lebih matang daripada anak-anak yang mengalami pubertas terlambat. Dengan berjalannya waktu kedua kelompok ini hanya mempunyai perbedaan sedikit detelah dewasa. Data Pestein menyarankan supaya anak-anak yang matang lebih awal membutuhkan lebih banyak bantuan untuk mengerti perubahan pubertasnya. Sedangkan anak yang terlambat matang atau terlambat menjadi pubertas mungkin lebih banyak membutuhkan bantuan untuk berhadapan dngan anak-anak yang relative belum matang dan kurang dapat bersaing dalam situasi, dimana kematangan menjadi ukuran penting. Kesimpulan yang jelas dapat digambarkan dari penelitihan pubertas. Masa ini untuk sebagian pubertas semakin sulit, apakah itu orang dewasa maupun kelompok remaja sendiri menyatakan bahwa remaj mudah untuk berhubungan dengan siapa saja.



2.3 Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana beradaptasi dengan menginterprestasikan objek kejadian-kejadian di sekitarnya. Beberapa perubahan yang tampak dan penting pada umur 6 tahun dalam kehidupan anak adalah kemampuan kognitif mereka. Pada pandangan piaget (1952), kemampuan atau perkembangan kognitif adalah hasil dari hubungan perkembangan otak dan sistem nervous dan pengalaman-pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Piaget (1964) bependapat, karena manusia secara genetik sama dan mempunyai pengalaman yang hampir sama, mereka diharapkan untuk sungguh-sungguh memperlihatkan keseragaman dalam perkembangan kognitif mereka. Oleh karena itu, dia mengembangkan empat tahap tingkat perkembangan kognitif yang akan terjadi selama masa kanak-kanak sampai remaja, yaitu sensorimotor (0-2 tahun), dan praoperasional (2-7 tahun). Sedangkan konkret (7-11 tahun) dan operasional formal (11-dewasa) yang akan kita bicarakan pada perkembangan kognitif siswa SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA.
Menurut Jean Pieget, perkembangan manusia melalui empat tahap perkembangan kognitif dari lahir sampai dewasa. Setiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan intelektual baru dimana manusia mulai mengerti dunia yang bertambah kompleks.
Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
Tahap-Tahap
Umur
Kemampuan
Sensori-motorik
0-2 tahun
Menunjuk pada konsep permanensi objek, yaitu kecakapan psikis untuk mengerti bahwa suatu objek masih tetap ada. Meskipun pada waktu itu tampak oleh kita dan tidak bersangkutan dengan aktivitas pada waktu itu. Tetapi, pada stadium ini permanen objek belum sempurna.
Praoperasional
2-7 tahun
Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan objek yang ada di sekitarnya. Berpikirnya masih egosentris dan berpusat
Operasional
7-11 tahun
Mampu berfikir logis. Mampu konkret memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga dapat menghubungkan dimensi ini satu sama lain. Kurang egosentris. Belum bisa berfikir abstrak.
Operasional formal
11tahun-dewasa
Mampu berfikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian menyelesaikan masalah.

Piaget percaya bahwa anak yang lebih dewasa mempunyai perkembangan kognitif yang lebih luas. Mereka mempunyai pengalaman yang lebih luas dan dapat memproses imformasi dengan cara-cara yang lebih berpengalaman, karena perkembangan bilogi dan perkembangan adaptasi dari struktur kognitif.
1)                     Tahap sensori motoric (0-2 tahun)
Tahap pertama dari perkembangan kognitif adalah tidak tepatan objek (permanensi objek) yang belum pernah berkembang. Menurut Piaget, permanensi objek diperlukan sebelum anak dapat menyelesaikan masalah, atau sebelum mereka berpikir dengan apa yang dikeluarkan dari dalam otak mereka, dan menggunakan symbol-simbol mental atau kesan-kesan. Kita dapat menangkap suatu objek secara tepat atau termasuk permanensi, bahkan ketika benda itu tidak ada. Tanpa kesan mental, dengan symbol atau gambar untuk menghadirkan sebuah objek, kita tidak dapat berpikir dengan benda itu karna kita tidak mempun yai cara untuk menghadirkan suatu objek dari dalam kita sendiri. Jadi, tanpa ketepatan objek ini akan keluar dari pikitan kita.
Piaget berpendapat bahwa pada permulaan tahap sensori motorik pada ba yi mula-mula belum tampak sehingga belum dapat berpikir. Tetapi ketika kemudian ketepatan objek terjadi dan berkembang penuh, ba yi akan memasuki tahap sensorimotor.
2)                     Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Perbedaan antara tahap sensori motorik dan tahap praoperasional adalah pada perkembangan dan penggunaan symbol dan kesan dari dalam atau internal. Perkembangan pikiran seperti pembentukan ketepatan objek, ditandai dengan dipisahkann ya garis antara tahap sensori motorik dan praoperasional. Pikiran yang ada dalam otak mungkin sebagai tanda dari kesadaran diri.
Dalam tahap praoperasional anak menunjukkan pengguanaan fungsi symbol yang lebih besar. Perkembangan bahasa bertambah secara dramatis dan permainan imajinasi menjadi lebih tampak. Pemikiran anak-anak dalam tahap praoperasional terbatas, karenan ya ia cenderung egosentris (memikirkan dirin ya sendiri). Dengan egosentris, Piaget tidak bermaksud menunjukkan bahwa anak-anak mementingkan dirin ya sendiri, tetapi mereka merasa bahwa dunia milik mereka dalam kontek yang berbeda.
Berpikir egosentris adalah salah satu keterbatasan yang dihadapi oleh anak-anak dalam tahap praoperasional. Keterbatasan tambahan adalah ketidakmampuan mereka untuk memahami lebih dari satu aspek masalah pada waktu yang sama. Dengan ini anak akan cenderung memakai intuisi dan tidak dengan logika dalam men yelesaikan masalah. Hampir sebagian besar dari mereka tetap dalam perkembangan kognitif tahap praoperasional sampai mereka berumur 7-8 tahun.



3)                     Perkembangan Kognitif Operasional (  Sekolah Dasar / 7-11 Tahun)
Antara umur 5 sampai 7 tahun, proses pikiran anak-anak mengalami perubahan yang berarti (Osborn dan Osborn,1983). Ini adalah suatu masa transisi dari tahap pikiran praoperasional ke tahap operasional konkret. Dalam tahap operasional konkret, kekurangan logis dari tahap praoperasional hilang. Anak juga menunjukkan kemampuan baru dalam memberikan alas an untuk memperhitungkan apa yang akan dilakukan. Pikiran mendahului perbuatan. Contoh, ketika anak-anak bermain teka-teki,”dalam kepalanya”tidak hanya coba-coba (trial and error), tetapi selalu berpikir tentang apa yang mendasari suatu objek bukan ide-ide yang abstrak dan symbol-simbol.
Berpikir logis (dengan objek konkret) adalah sifat-sifat atau ciri pada masa ini. Anak-anak dapat membayangkan hasil ramalan secara cepat, meskipun dicoba oleh ahli-ahli psikologi perkembangan. Pikiran untuk menghitung atau mengerti kesatuan pengukuran adalah satu ciri yang paling menonjol  dari operasional konkret anak.
Selama egosentris masih ada pada anak-anak dalam tahap praoperasional yang membuat aturan belajar serta aturan-aturan  yang perlu diikuti sulit, maka anak-anak pada tahap operasional konkret tidak sulit lagi. Mereka menguasai aturan-aturan social(seperti kita mengatakan silakan, maaf) bersamaan dengan aturan-aturan lain dalam situasi social yang khusus (waktu makan, di kelas, mengunjungi nenek) Dia belajar apa yang harus dilakukan ketika ada ketukan pintu, bagaimana bertingkah laku di perpustakaan, dan bagaimana bermain sepak bola. Yang penting anak-anak pada tahap operasionalkonkret mengenal aturan-aturanini sebagai hal yang tepat dan tidak berubah.Anak-anak  dalam operasional konkret mengerti klasifikasi, subklasifikasi, dan multiple klasifikasi. Bunga mawar adalah bunga dan bunga adalah suatu tanaman. Bunga juga ada yang berwarna merah, sesuatu yang baunya harum, dan membuat senang jika diberikan pada ibu. Ini semua merefleksikan kemampuan anak-anak pada tahap ini untuk merasakan bahwa objek yang sama mempunyai keunikan dan kedudukan dalam suatu situasi.
Anak-anak ini juga berpikir logis dan dapat menghubungkan sesuatu  yang umum, seperti : Semua anjing menyalak. Nero adalah anjing. Oleh karena itu, Nero menyalak. Anak juga dapat memperkirakan suatu objek atau misalnya penggaris menurut ukuran tanpa mengukur dengan teliti. Ia mengerti bahwa suatu penggaris lebih panjang dari penggaris temennya dan lebih pendek dari penggaris lain. Dan penggaris dapat dijadikan satu seri dari yang terpanjang hingga terpendek. Piaget menyebut ini sebagai seriation. Penelitian white, Yussen dan Docherry 1976 menunjukkan bahwa latihan latihan khusus di sekolah Montesorry memungkinkan sejumlah pemikir operasional ini untuk menunjukkan tugas” seriation yang memerlukan pikiran-pikiran yang konkret. Perkembangan lain yang penting dalam tahap ini adalah penguasaan akan konsep tetapi tidak berubah (conservation concept). Anak telah belajar konsep conservation ketika mereka mengerti air dalam gelas yang pendek jika dituangkan ke dalam gelas yang lebih kecil tinggi aan tetap sama isinya.
Ciri-ciri lain dari tahap operational konkret adalah kemampuan untuk membalikkan pikiran atau operation yang oleh Piaget disebut Reversibility. Kurangnya reversibility dapat diberikan contoh sebagai berikut:
T          : Apakah kamu punya saudara?
J           : Punya
T          : Siapa namanya?
J           : Namanya Ina
T          : Apakah ina punya saudara?
J           : Tidak
Reversibility dari pikiran memberikan kesempatan kepada anak dalam tahap operasional konkret untuk mengenal jika 4 x 2 = 8, kemudian 2 x 4 = berapa? Anak yang lebih mudah harus mengingat setiap hubungan yang terpisah.

4)                     Perkembangan Kognitif Operasional Formal (SMP-SMA / 11Tahun- Dewasa )
Pada masa pubertas tejadi perubahan tubuh. Tidak hanya itu, otak dan fungsi otak juga berubah. Skor pada tes inteligensi menunjukan turun naik beberapa tahun pada anak-anak remaja dari umur 12-15 tahun.
A.                Teori Piagetian
            Dalam teori perkembangan kognitif Piaget, masa remaja ialah tahap transisi dari penggunaan berpikir konkret secara operasional ke berpikir formal secara operasional. Remaja mulai menyadari batasan-batasan pikiran mereka. Mereka berusaha dengan konsep-konsep yang jauh dari pengalaman mereka sendiri. Inhelder dan Piaget (1978) mengakui bahwa perubahan otak pada pubertas mungkin diperlukan untuk kemajuan kognitif remaja. Mereka menilai, pengalaman dengan masalah yang kompleks, tuntutan dari pengajaran formal, dan tukar menukar ide yang berlawanan dengan kelompok remaja, diperlukan untuk perkembangan secara operasional.Meskipun berpikir secara konkret, anak juga merupakan kekuatan besar tetapi tetap mempunyai batasan-batasan. Batasan tersebut sedikit namun penting. Perkembangan berpikir secara operasional mengatasi kelemahan ini. Remaja yang mencapai tahap ini mencapai tingkat berpikir setingkat orang dewasa.
B.                 Sistem Kombinasi
            Dalam sistem kombinasi, kemampuan remaja untuk membedakan system kombinasi antara lain sebagai berikut.

a.                   Mereka berasumsi bahwa ada satu cara untuk menemukan semua kemungkinan kombinasi.
b.                  Mereka membuat prosedur untuk menyimpan hasil.
c.                   Mereka mengenal bahwa mungkin ada beberapa cara.
d.                  Mengerti pengaruh hasil perbandingan.

Kemampuan anak remaja untuk memperbaiki, menganalisis, membandingkan, memutarbalikkan  hubungan yang abstrak, merupakan pengalaman yang akan mendasari ketrampilan yang diperlukan setelah mereka menjadi orang dewasa. Kemampuan lain dari remaja adalah kemampuan untuk memberikan alasan yang masuk akal tentang situasi dan kondisi yang tidak dialami. Remaja dapat menerima pikiran-pikiran orang lain demi menjaga ketertiban diskusi. Remaja tidak terikat pada pengalaman mereka yang nyata sehingga mereka dapat menerapkan secara logis terhadap sesuatu yang diberikan.

2.4 Implikasi Tahapan Perkembangan Fisik dan Kognitif dalam Proses Pembelajaran

2.4.1 Implikasi Perkembangan Fisik
Secara fisik , anak  pada usia sekolah dasar memiliki karakteristik tersendiri berbeda dengan kondisi fisik sebelum dan sesudahnya. Pembelajaran dapat diselenggarakan sedemikian rupa sehingga dapat membantu percepatan perkembangan anak didik. Karakteristik perkembangan fisik ini perlu dipelajari dan dipahami karena akan memiliki implikasi tertentu bagi penyelenggara pendidikan. Cara pembelajaran yang diharapkan harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak, yakni memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.                      Programnya disusun secara fleksibel dan tidak kaku serta memperhatikan perbedaan individual anak.
b.                     Tidak dilakukan secara monoton, tetapi disajikan secara variatif melalui bnya aktifitas
c.                      Melibatkan penggunaan berbagai media dan sumber belajar (sarana dan prasarana)
Perkembangan fisik anak terus berlangsung. Pemahaman tentang karakteristik perkembangan akhirnya membawa beberapa implikasi bagi penyelenggara pendidikan. Implikasi-implikasi dimaksud khususnya berkenaan dengan penyelenggara pembelajaran secara umum, pemeliharaan kesehatan, dan nutrisi anak, pendidikan jasmani dan kesehatan, serta penciptaan lingkungan dan pembiasaan berperilaku sehat.

2.4.2 Implikasi Kognitif
Proses perkembangan intelektual menurut Budiamin,dkk (2009:5) melibatkan kemampuan berfikir, kemahiran berbahasa, dan cara individu memperoleh pengetahuan dari lingkungannya. Aktivitas-aktivitas seperti mengamati dan mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa kata menjadi satu kalimat, memecahkan soal matematika merupakan peran intelektual atau kognitif dalam perkembangan anak.
Teori Piaget banyak digunakan dalam praktik pendidikan atau proses pembelajaran, meski teori ini bukanlah teori mengajar. Piaget (Budiamin,dkk,2009:108) berpandangan bahwa :
a.       Pembelajaran tidak harus berpusat pada guru, tetapi berpusat pada peserta didik
b.      Materi yang dipelajari harus menantang dan menarik minat belajar peserta didik
c.       Pendidik dan peserta didik harus sama-sama terlibat dalam proses pembelajaran
d.      Metode dan bahan pembelajaran harus menjadi perhatian utama
e.       Guru harus memperhatikan tahapan perkembangan kognitif peserta didik
f.        Pembelajaran hendaknya dibantu dengan benda-benda konkret









BAB III
KESIMPULAN


Perkembangan merupakan perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir sampai akhir hayatnya atau juga dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan menuju tingkat kedewasaan atau kematangan baik fisik maupun psikis. Perkembangan fisik melalui fase-fase yaitu masa usia pra sekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan mahasiswa. Sedangkan perkembangan kognitif beberapa tahap yaitu sensori-motorik, praoperasional, operasional, dan operasional formal.Dalam hal ini hubungan orang tua sangat berpengaruh pada perkembangan seorang anak. Cara pembelajaran dalam suatu pendidikan disesuaikan dengan tahap perkembangan anak.


















DAFTAR PUSTAKA
Monks, F.J, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
W.D, Sri Esti. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo
https://nuryanti1992.wordpress.com diakses pada tanggal 18 Maret 2015 pukul 15.00 WIB


[1] Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,(Bandung:Rosida),hal.23.
[2] Sri Esti WD, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: PT Grasindo,2002), hal.95.

0 komentar :

Posting Komentar