BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Studi tentang perkembangan manusia merupakan usaha yang terus
berlangsung dan berkembang. Seiring dengan berkembangnya, studi tentang
perkembangan manusia telah menjadi
sebuah disiplin ilmu dengan tujuan untuk memahami lebih dalam tentang apa dan
bagaimana proses perkembangan manusia
baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif
Bagi anak-anak usia sekolah dan remaja, perkembangan fisik dan
perkembangan kognitif secara kuantitatif maupun kualitatif yang optimal adalah
sangat penting, sebab perkembangan tersebut
secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi perilaku sehari-
hari.
Secara garis besarnya, tahap perkembangan
yaitu , masa prasekolah (0,0-6,0 tahun), masa usia sekolah dasar (6,0-12,0),
masa usia sekolah menengah (12,0-18,0). Studi maupun teori-teori tentang
perkembangan manusia secara fisik maupun
kognitif sangat dibutuhkan oleh dunia pendidikan untuk membantu membimbing baik orang tua maupun guru tentang
perkembangan anak kearah kedewasaan .
1.2
Rumusan Masalah
1)
Bagaimana
perkembangan fisik siswa SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA?
2)
Bagaimana
perkembangan kognitif siswa SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA?
3)
Bagaimana
implikasi tahapan perkembangan fisik dan kognitif dalam pembelajaran?
1.3
Tujuan
Penulisan
1)
Untuk
mengetahui perkembangan fisik siswa SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA
2)
Untuk
mengetahui perkembangan kognitif siswa SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA
3)
Untuk
mengetahui implikasi perkembangan fisik dan kognitif dalam proses pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan
Perkembangan
dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan kontinyu
(berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Pengertian
lain dari perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau
organisme meuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung
secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik
maupun psikis.
2.2 Perkembangan Fisik
Perkembangan
fisik merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan individu. Menurut
Seifert dan Hoffnung (1994), perkembangan fisik meliputi perubahan-perubahan
dalam tubuh (pertumbuhan otak, system syaraf, dan lain-lain), dan perubahan
dalam cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya, serta perubahan dalam
kemampuan fisik. Perkembangan tersebut meliputi perkembangan fisik melewati
fase-fase perkembangan sebagai berikut.[1]
TAHAP
PERKEMBANGAN FISIK
|
USIA
|
Masa
usia pra sekolah
|
0,0-6,0
|
Masa
usia sekolah dasar
|
6,0-12,0
|
Masa
usia sekolah menengah (SMP-SMA)
|
12,0-18,0
|
Masa
usia mahasiswa
|
18,0-25,0
|
A.
Perkembangan
Fisik Masa Usia pra sekolah (0,0-6,0)
Perkembangan anak cepat sekali sebelum mereka masuk sekolah taman
kanak-kanak dan sekolah dasar yaitu antara umur 3-6 tahun. Mereka mulai
menggunakan ketrmpilan fisik untuk mencapai tujuan. Secara kognitif mereka
mulai berkembang dan mengerti sekolah dari hubungan mereka dari dunia sekitar.
Pada umur 6 tahun, anak-anak dapat berbicara hampir sempurna, tidak hanya
mengungkapkan keinginannya dan kebutuhan mereka, tetapi juga menyampaikan
ide-ide dan pengalaman-pengalaman mereka
Perkembangan fisik menggambarkan perubahan dalam penampilan fisik
anak-anak, sama seperti dalam keterampilan motor mereka. Dalam tahun-tahun
sebelum masuk taman kanak-kanak ,urut-urutan perkembangan motor semua anak pada
umumnya sama, walaupun ada beberapa anak yang lebih cepat dari yang
lain.Perkembangan fisik anak ditandai dengan hilangnya ciri-ciri perut yang
menonjol, seperti halnya kaki dan tubuh yang berkembang lebih cepat dari pada
kepala mereka.
Prestasi fisik yang penting dalam masa ini adalah bertambahnya
kontrol anak terhadap gerakan-gerakan motor dari yang tidak karuan menjadi
teratur dan terarah. Mereka sudah dapat menali sepatunya, menulis huruf abjad,
berjalan, berlari, dan sebagainya. Mereka juga dapat menunjukkan keterampilan
motor yang baik, seperti memotong dengan gunting, dan menggunakan pensil warna
untuk mewarnai sebuah gambar. Mereka juga mulai belajar menulis kalimat dan
kata-kata. Setelah enam atau tujuh tahun umur mereka, semua keterampilan dasar
tersebut dapat dikuasai.
Anak yang mulai masuk sekolah SD akan melalui masa transisi yaitu
suatu masa ketika anak tumbuh dan berkembang dalam semua bidang dan mulai pada
suatu fase perkembangan yang lebih perlahan-lahan. Masa usia sekolah dasar
sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Namun
pada umur 6 atau 7 tahun biasanya anak telah matang untuk memasuki sekolah
dasar. Pada masa ini secara relative anak-anak lebih mudah dididik daripada
masa sebelum dan sesudahnya.
B.
Perkembangan
Fisik Masa Usia Sekolah Dasar (6-12 tahun)
Selama
di sekolah dasar, perkembangan fisik anak-anak tumbuh lebih lambat dibandingkan
ketika mereka memasuki masa kanak-kanak. Anak-anak pada masa ini mengalami
perubahan yang relatif stabil sedikit.
Perkembangan
otot didahului oleh perkembangan tulang dan kerangka. Oleh karena itu, untuk
pertumbuhan otot diperlukan banyak latihan. Pada
umur kira-kira 9-10 tahun banyak anak perempuan yang tumbuh terus sampai mereka
berumur 18 tahun, atau berakhir sampai pubertas. Pertumbuhan ini dimulai dengan
makin panjangnya tangan dan kaki secara cepat, tubuh semakin langsing dan
perkembangan motoric menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi. Pada anak
perempuan sudah mulai tumbuh buah dada dan rambut pada alat kelaminnya.
Saat mulai
berumur 11-12 tahun,hampir semua anak perempuan telah tumbuh otot dan tulang
rawan pada anggota badan mereka. Pada saat ini, anak perempuan mulai matang.
Dan akhir umur 11 tahun mereka lebih tinggi, lebih berat, dan lebih kuat
daripada anak laki-laki. Pada umur 13 tahun hampir semua anak perempuan
mendekati puncak pertumbuhan dan anak laki-laki yang mulai matang dilanjutkan
perlahan-lahan dan tetap tumbuh sampai akhir anak-anak. Anak perempuan akan
mulai datang bulan atau menstruasi biasanya 13 tahun. Untuk anak laki-laki
ditandai oleh ejakulasi pertama dan terjadi antara umur 13-16 tahun.
C.
Perkembangan
Fisik Masa Usia Sekolah Menengah (SMP-SMA)
Masa perkembangan remaja dimulai dari masa puber, umur 12-14 tahun.
Masa puber atau permulaan remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan
intelektual berkembang secara cepat. Pertengahan masa remaja adalah masa yang
lebih stabil untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubahan
permulaan remaja kira- kira umur 14-16 tahun. Pubertas adalah suatu rangkaian
perubahan fisik yang membuat organisme secara matang mampu berproduksi. Hampir
setiap organ dan system tubuh dipengaruhi oleh perubahan ini. Anak yang
mengalami puber awal akan mengalami berbeda dengan puber akhir. Dalam
penampakan luar karena perubahan tinggi, proporsi tubuh, dan adanya tanda-tanda
perkembangan seksual pertama dan kedua.
Walaupun urutan kejadian pada pubertas pada umumnya sama bagi
setiap anak. Waktu dan kecepatan tiap-tiap anak berbeda. Rata-rata anak
perempuan mengalami perubahan 1 sampai 2 tahun lebih awal daripada anak
laki-laki. Seperti pada permulaan kecepatan, perubahan juga bervariasi, beberapa
anak pada 18 sampai 24 bulan dari permulaan sudah mengaami perubahan untuk
matang berproduksi, sedangkan yang lain mungkin
memerlukan 6 tahun untuk berubah melalui tahap-tahap yang sama. Perbedaan ini berarti bahwa beberapa individu
mungkin beul-betul sudah matang secara sempurna, sedangkan yang lain pada umur
yang sama bahkan mulai baru pubertas. Perbedaan umur maksimum adalah 13 tahun
untuk laki-laki dan kira-kira 11 tahun untuk perempuan. Perbandingan antara
mereka sendiri merupakan suatu masalah karena ada yang sudah matang merupakan
masalah bagi anak yang belum matang. Sebaliknya, anak yang matang pertama kali
barangkali merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan karena mereka diantara
anak yang belum matang.
1)
Reaksi terhadap
pubertas
Satu dari tantangan yang lebih
penting untuk remaja adalah menyesuaikan diri terhadap perubahan tubuhnya.
Koordinasi dan aktifitas fisik harus disesuaikan cepat-cepat seperti tinggi,
berat, dan perubahan ketrampilan. Tubuh baru harus diintegrasikan kedalam kesan
diri yang ada. Kebiasaan baru harus dipelajari dan dikembangkan. Sebagai remaja
yang menjadi orang dewasa dalam penampilannya, mereka menemukan diri mereka
sendiri dan diharapkan untuk bertingkah lak sebagai orang dewasa tanpa
memandang emosi, intelek, dan kematangan social mereka. Tujuan remaja adalah
untuk dapat bereproduksi. Jadi, remaja dihadapkan pada potensi-potensi baru
yang meliputi minat terhadap seksual, fantasi erotik dan eksperimen. Masturbasi
menjadi kegiatan tetap bagi sebagian besar remaja dan meningkatnya presentase
remaja untuk berhubungan seks. Kegiatan seksual mengharuskan remaja berhadapan
dengan kemungkinan pemindahan penyakit, konflik dengan orang tua dan kehamilan.[2]
2)
Kematangan awal
dan kematangan terlambat
Pestein (1987) menunjukkan bahwa
anak yang matang lebih suka cemas, marah, sering konflik dengan orang tua dan
mempunyai harga diri yang lebih redah daripada anak yang msuk pubertas lebih
akhir. Tetapi dengan berjalannya waktu, mereka yang matangnya lebih awal akan
menyesuaikan diri terhadap perubahan lebih lama. Mereka lebih populer, lebih
mudah bergaul dan lebih matang daripada anak-anak yang mengalami pubertas
terlambat. Dengan berjalannya waktu kedua kelompok ini hanya mempunyai
perbedaan sedikit detelah dewasa. Data Pestein menyarankan supaya anak-anak
yang matang lebih awal membutuhkan lebih banyak bantuan untuk mengerti
perubahan pubertasnya. Sedangkan anak yang terlambat matang atau terlambat
menjadi pubertas mungkin lebih banyak membutuhkan bantuan untuk berhadapan
dngan anak-anak yang relative belum matang dan kurang dapat bersaing dalam
situasi, dimana kematangan menjadi ukuran penting. Kesimpulan yang jelas dapat
digambarkan dari penelitihan pubertas. Masa ini untuk sebagian pubertas semakin
sulit, apakah itu orang dewasa maupun kelompok remaja sendiri menyatakan bahwa
remaj mudah untuk berhubungan dengan siapa saja.
2.3 Perkembangan Kognitif
Teori
perkembangan kognitif adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana
beradaptasi dengan menginterprestasikan objek kejadian-kejadian di sekitarnya.
Beberapa perubahan yang tampak dan penting pada umur 6 tahun dalam kehidupan
anak adalah kemampuan kognitif mereka. Pada pandangan piaget (1952), kemampuan
atau perkembangan kognitif adalah hasil dari hubungan perkembangan otak dan
sistem nervous dan
pengalaman-pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan
lingkungannya.
Piaget (1964)
bependapat, karena manusia secara genetik sama dan mempunyai pengalaman yang
hampir sama, mereka diharapkan untuk sungguh-sungguh memperlihatkan keseragaman
dalam perkembangan kognitif mereka. Oleh karena itu, dia mengembangkan empat
tahap tingkat perkembangan kognitif yang akan terjadi selama masa kanak-kanak
sampai remaja, yaitu sensorimotor (0-2 tahun), dan praoperasional (2-7 tahun).
Sedangkan konkret (7-11 tahun) dan operasional formal (11-dewasa) yang akan
kita bicarakan pada perkembangan kognitif siswa SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA.
Menurut Jean
Pieget, perkembangan manusia melalui empat tahap perkembangan kognitif dari
lahir sampai dewasa. Setiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan
intelektual baru dimana manusia mulai mengerti dunia yang bertambah kompleks.
Tahap-Tahap
Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
Tahap-Tahap
|
Umur
|
Kemampuan
|
Sensori-motorik
|
0-2
tahun
|
Menunjuk
pada konsep permanensi objek, yaitu kecakapan psikis untuk mengerti bahwa
suatu objek masih tetap ada. Meskipun pada waktu itu tampak oleh kita dan
tidak bersangkutan dengan aktivitas pada waktu itu. Tetapi, pada stadium ini
permanen objek belum sempurna.
|
Praoperasional
|
2-7
tahun
|
Perkembangan
kemampuan menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan objek yang ada di
sekitarnya. Berpikirnya masih egosentris dan berpusat
|
Operasional
|
7-11
tahun
|
Mampu
berfikir logis. Mampu konkret memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus
dan juga dapat menghubungkan dimensi ini satu sama lain. Kurang egosentris.
Belum bisa berfikir abstrak.
|
Operasional
formal
|
11tahun-dewasa
|
Mampu
berfikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian
menyelesaikan masalah.
|
Piaget percaya
bahwa anak yang lebih dewasa mempunyai perkembangan kognitif yang lebih luas.
Mereka mempunyai pengalaman yang lebih luas dan dapat memproses imformasi
dengan cara-cara yang lebih berpengalaman, karena perkembangan bilogi dan
perkembangan adaptasi dari struktur kognitif.
1)
Tahap sensori
motoric (0-2 tahun)
Tahap pertama dari perkembangan
kognitif adalah tidak tepatan objek (permanensi objek) yang belum pernah
berkembang. Menurut Piaget, permanensi objek diperlukan sebelum anak dapat
menyelesaikan masalah, atau sebelum mereka berpikir dengan apa yang dikeluarkan
dari dalam otak mereka, dan menggunakan symbol-simbol mental atau kesan-kesan.
Kita dapat menangkap suatu objek secara tepat atau termasuk permanensi, bahkan
ketika benda itu tidak ada. Tanpa kesan mental, dengan symbol atau gambar untuk
menghadirkan sebuah objek, kita tidak dapat berpikir dengan benda itu karna
kita tidak mempun yai cara untuk menghadirkan suatu objek dari dalam kita
sendiri. Jadi, tanpa ketepatan objek ini akan keluar dari pikitan kita.
Piaget berpendapat bahwa pada
permulaan tahap sensori motorik pada ba yi mula-mula belum tampak sehingga
belum dapat berpikir. Tetapi ketika kemudian ketepatan objek terjadi dan
berkembang penuh, ba yi akan memasuki tahap sensorimotor.
2)
Tahap
praoperasional (2-7 tahun)
Perbedaan antara tahap sensori
motorik dan tahap praoperasional adalah pada perkembangan dan penggunaan symbol
dan kesan dari dalam atau internal. Perkembangan pikiran seperti pembentukan
ketepatan objek, ditandai dengan dipisahkann ya garis antara tahap sensori
motorik dan praoperasional. Pikiran yang ada dalam otak mungkin sebagai tanda
dari kesadaran diri.
Dalam tahap praoperasional anak
menunjukkan pengguanaan fungsi symbol yang lebih besar. Perkembangan bahasa
bertambah secara dramatis dan permainan imajinasi menjadi lebih tampak.
Pemikiran anak-anak dalam tahap praoperasional terbatas, karenan ya ia
cenderung egosentris (memikirkan dirin ya sendiri). Dengan egosentris, Piaget
tidak bermaksud menunjukkan bahwa anak-anak mementingkan dirin ya sendiri,
tetapi mereka merasa bahwa dunia milik mereka dalam kontek yang berbeda.
Berpikir egosentris adalah salah
satu keterbatasan yang dihadapi oleh anak-anak dalam tahap praoperasional.
Keterbatasan tambahan adalah ketidakmampuan mereka untuk memahami lebih dari
satu aspek masalah pada waktu yang sama. Dengan ini anak akan cenderung memakai
intuisi dan tidak dengan logika dalam men yelesaikan masalah. Hampir sebagian
besar dari mereka tetap dalam perkembangan kognitif tahap praoperasional sampai
mereka berumur 7-8 tahun.
3)
Perkembangan Kognitif
Operasional ( Sekolah Dasar / 7-11 Tahun)
Antara umur 5
sampai 7 tahun, proses pikiran anak-anak mengalami perubahan yang berarti
(Osborn dan Osborn,1983). Ini adalah suatu masa transisi dari tahap pikiran
praoperasional ke tahap operasional konkret. Dalam tahap operasional konkret,
kekurangan logis dari tahap praoperasional hilang. Anak juga menunjukkan
kemampuan baru dalam memberikan alas an untuk memperhitungkan apa yang akan
dilakukan. Pikiran mendahului perbuatan. Contoh, ketika anak-anak bermain
teka-teki,”dalam kepalanya”tidak hanya coba-coba (trial and error), tetapi
selalu berpikir tentang apa yang mendasari suatu objek bukan ide-ide yang
abstrak dan symbol-simbol.
Berpikir logis
(dengan objek konkret) adalah sifat-sifat atau ciri pada masa ini. Anak-anak
dapat membayangkan hasil ramalan secara cepat, meskipun dicoba oleh ahli-ahli
psikologi perkembangan. Pikiran untuk menghitung atau mengerti kesatuan
pengukuran adalah satu ciri yang paling menonjol dari operasional konkret anak.
Selama
egosentris masih ada pada anak-anak dalam tahap praoperasional yang membuat
aturan belajar serta aturan-aturan yang
perlu diikuti sulit, maka anak-anak pada tahap operasional konkret tidak sulit
lagi. Mereka menguasai aturan-aturan social(seperti kita mengatakan silakan,
maaf) bersamaan dengan aturan-aturan lain dalam situasi social yang khusus
(waktu makan, di kelas, mengunjungi nenek) Dia belajar apa yang harus dilakukan
ketika ada ketukan pintu, bagaimana bertingkah laku di perpustakaan, dan
bagaimana bermain sepak bola. Yang penting anak-anak pada tahap
operasionalkonkret mengenal aturan-aturanini sebagai hal yang tepat dan tidak
berubah.Anak-anak dalam operasional
konkret mengerti klasifikasi, subklasifikasi, dan multiple klasifikasi. Bunga
mawar adalah bunga dan bunga adalah suatu tanaman. Bunga juga ada yang berwarna
merah, sesuatu yang baunya harum, dan membuat senang jika diberikan pada ibu.
Ini semua merefleksikan kemampuan anak-anak pada tahap ini untuk merasakan
bahwa objek yang sama mempunyai keunikan dan kedudukan dalam suatu situasi.
Anak-anak ini
juga berpikir logis dan dapat menghubungkan sesuatu yang umum, seperti : Semua anjing menyalak.
Nero adalah anjing. Oleh karena itu, Nero menyalak. Anak juga dapat
memperkirakan suatu objek atau misalnya penggaris menurut ukuran tanpa mengukur
dengan teliti. Ia mengerti bahwa suatu penggaris lebih panjang dari penggaris
temennya dan lebih pendek dari penggaris lain. Dan penggaris dapat dijadikan
satu seri dari yang terpanjang hingga terpendek. Piaget menyebut ini sebagai
seriation. Penelitian white, Yussen dan Docherry 1976 menunjukkan bahwa latihan
latihan khusus di sekolah Montesorry memungkinkan sejumlah pemikir operasional
ini untuk menunjukkan tugas” seriation yang memerlukan pikiran-pikiran yang
konkret. Perkembangan lain yang penting dalam tahap ini adalah penguasaan akan
konsep tetapi tidak berubah (conservation concept). Anak telah belajar konsep
conservation ketika mereka mengerti air dalam gelas yang pendek jika dituangkan
ke dalam gelas yang lebih kecil tinggi aan tetap sama isinya.
Ciri-ciri lain
dari tahap operational konkret adalah kemampuan untuk membalikkan pikiran atau
operation yang oleh Piaget disebut Reversibility. Kurangnya reversibility dapat
diberikan contoh sebagai berikut:
T : Apakah kamu punya saudara?
J : Punya
T : Siapa namanya?
J : Namanya Ina
T : Apakah ina punya saudara?
J : Tidak
Reversibility
dari pikiran memberikan kesempatan kepada anak dalam tahap operasional konkret
untuk mengenal jika 4 x 2 = 8, kemudian 2 x 4 = berapa? Anak yang lebih mudah
harus mengingat setiap hubungan yang terpisah.
4)
Perkembangan
Kognitif Operasional Formal (SMP-SMA / 11Tahun- Dewasa )
Pada masa pubertas tejadi perubahan
tubuh. Tidak hanya itu, otak dan fungsi otak juga berubah. Skor pada tes
inteligensi menunjukan turun naik beberapa tahun pada anak-anak remaja dari
umur 12-15 tahun.
A.
Teori Piagetian
Dalam teori
perkembangan kognitif Piaget, masa remaja ialah tahap transisi dari penggunaan
berpikir konkret secara operasional ke berpikir formal secara operasional.
Remaja mulai menyadari batasan-batasan pikiran mereka. Mereka berusaha dengan
konsep-konsep yang jauh dari pengalaman mereka sendiri. Inhelder dan Piaget
(1978) mengakui bahwa perubahan otak pada pubertas mungkin diperlukan untuk
kemajuan kognitif remaja. Mereka menilai, pengalaman dengan masalah yang
kompleks, tuntutan dari pengajaran formal, dan tukar menukar ide yang
berlawanan dengan kelompok remaja, diperlukan untuk perkembangan secara
operasional.Meskipun berpikir secara konkret, anak juga merupakan kekuatan
besar tetapi tetap mempunyai batasan-batasan. Batasan tersebut sedikit namun
penting. Perkembangan berpikir secara operasional mengatasi kelemahan ini.
Remaja yang mencapai tahap ini mencapai tingkat berpikir setingkat orang
dewasa.
B.
Sistem
Kombinasi
Dalam sistem
kombinasi, kemampuan remaja untuk membedakan system kombinasi antara lain
sebagai berikut.
a.
Mereka
berasumsi bahwa ada satu cara untuk menemukan semua kemungkinan kombinasi.
b.
Mereka membuat
prosedur untuk menyimpan hasil.
c.
Mereka mengenal
bahwa mungkin ada beberapa cara.
d.
Mengerti
pengaruh hasil perbandingan.
Kemampuan anak remaja untuk memperbaiki,
menganalisis, membandingkan, memutarbalikkan
hubungan yang abstrak, merupakan pengalaman yang akan mendasari
ketrampilan yang diperlukan setelah mereka menjadi orang dewasa. Kemampuan lain
dari remaja adalah kemampuan untuk memberikan alasan yang masuk akal tentang
situasi dan kondisi yang tidak dialami. Remaja dapat menerima pikiran-pikiran
orang lain demi menjaga ketertiban diskusi. Remaja tidak terikat pada
pengalaman mereka yang nyata sehingga mereka dapat menerapkan secara logis
terhadap sesuatu yang diberikan.
2.4 Implikasi Tahapan Perkembangan Fisik dan Kognitif dalam Proses
Pembelajaran
2.4.1 Implikasi
Perkembangan Fisik
Secara fisik ,
anak pada usia sekolah dasar memiliki
karakteristik tersendiri berbeda dengan kondisi fisik sebelum dan sesudahnya.
Pembelajaran dapat diselenggarakan sedemikian rupa sehingga dapat membantu
percepatan perkembangan anak didik. Karakteristik perkembangan fisik ini perlu
dipelajari dan dipahami karena akan memiliki implikasi tertentu bagi
penyelenggara pendidikan. Cara pembelajaran yang diharapkan harus sesuai dengan
tahapan perkembangan anak, yakni memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.
Programnya
disusun secara fleksibel dan tidak kaku serta memperhatikan perbedaan
individual anak.
b.
Tidak dilakukan
secara monoton, tetapi disajikan secara variatif melalui bnya aktifitas
c.
Melibatkan
penggunaan berbagai media dan sumber belajar (sarana dan prasarana)
Perkembangan fisik anak terus berlangsung. Pemahaman tentang
karakteristik perkembangan akhirnya membawa beberapa implikasi bagi
penyelenggara pendidikan. Implikasi-implikasi dimaksud khususnya berkenaan
dengan penyelenggara pembelajaran secara umum, pemeliharaan kesehatan, dan
nutrisi anak, pendidikan jasmani dan kesehatan, serta penciptaan lingkungan dan
pembiasaan berperilaku sehat.
2.4.2 Implikasi Kognitif
Proses perkembangan intelektual menurut Budiamin,dkk (2009:5)
melibatkan kemampuan berfikir, kemahiran berbahasa, dan cara individu
memperoleh pengetahuan dari lingkungannya. Aktivitas-aktivitas seperti
mengamati dan mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa kata menjadi
satu kalimat, memecahkan soal matematika merupakan peran intelektual atau
kognitif dalam perkembangan anak.
Teori Piaget banyak digunakan dalam praktik pendidikan atau proses
pembelajaran, meski teori ini bukanlah teori mengajar. Piaget (Budiamin,dkk,2009:108)
berpandangan bahwa :
a.
Pembelajaran
tidak harus berpusat pada guru, tetapi berpusat pada peserta didik
b.
Materi yang
dipelajari harus menantang dan menarik minat belajar peserta didik
c.
Pendidik dan
peserta didik harus sama-sama terlibat dalam proses pembelajaran
d.
Metode dan
bahan pembelajaran harus menjadi perhatian utama
e.
Guru harus
memperhatikan tahapan perkembangan kognitif peserta didik
f.
Pembelajaran hendaknya dibantu dengan
benda-benda konkret
BAB III
KESIMPULAN
Perkembangan merupakan
perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu
sejak lahir sampai akhir hayatnya atau juga dapat diartikan sebagai
perubahan-perubahan menuju tingkat kedewasaan atau kematangan baik fisik maupun
psikis. Perkembangan fisik melalui fase-fase yaitu masa usia pra sekolah,
sekolah dasar, sekolah menengah dan mahasiswa. Sedangkan perkembangan kognitif
beberapa tahap yaitu sensori-motorik, praoperasional, operasional, dan
operasional formal.Dalam hal ini hubungan orang tua sangat berpengaruh pada
perkembangan seorang anak. Cara pembelajaran dalam suatu pendidikan disesuaikan
dengan tahap perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Monks,
F.J, dkk. 2002. Psikologi Perkembangan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Yusuf,
Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
W.D,
Sri Esti. 2002. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: PT Grasindo
https://nuryanti1992.wordpress.com diakses pada tanggal
18 Maret 2015 pukul 15.00 WIB
0 komentar :
Posting Komentar