1.
Pengertian
Metode
ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara lisan kepada siswa dari seorang guru dengan tujuan
agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Metode
ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi
kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab guru
memegang peran yang sangat dominan. Melalui metode ini guru menyampaikan materi
pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang
disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama metode ini adalah
kemampuan akademik siswa (academic achievement student). [1]
Metode eskpositori hampir sama dengan metode ceramah dalam hal ini guru
sebagai pusat kegiatan yaitu pemberi informasi (bahan pelajaran). Akan tetapi
pada metode eskpositori dominasi guru banyak berkurang, karena tidak terus
menerus menyampaikan materi. Guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan
metari dan contoh soal, dan pada waktu diperlukan saja. Murid tidak hanya
mendengar dan membuat catatan tetapi membuat soal latihan dan pertanyaan jika
mereka tidak paham.guru dapat memeriksa pekerjaan murid secara individual, dan
menjelaskan lagi pada murid baik individual atau klasikal.
Jika dibandingkan dengan metode eskpositori pada metode ceramah dominasi
guru dalam mengajar lebih aktif daripada metode ekpositori. Pada metode
eskpositori murid mengerjakan soal latihan sendiri, saling bertanya dan
mengerjakan bersama temannya atau membuat pertanyaan dipapantulis dari
perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat bahwa cara mengerjakan matematika
yang pada umumnya digunakan oleh guru matematika lebih tepat menggunakan metode
ekspositori dari pada ceramah. Beberapa hasil penelitian di Amerika Serikat
menyatakan metode ekspositori merupakan cara mengajar yang paling selektif dan
efisien. Demikian pula David P. Ausubel berpendapat bahwa metode ekspositori
merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien dalam menanamkan
belajar bermakna.
Ausubel membedakan menjadi dua :
a. Belajar dengan menerima (reception learning)
b. Belajar melalui penemuan (discovery learning)
Jika materi yang disajikan pada murid lengkap sampai
bentuk akhir yang berupa rumus atau pola bilangan maka cara belajar murid dikatakan
belajar menerima.
Misalnya luas segitiga yang terdiri dari tinggi dan
alas. Segitiga terbentuk dari jajargenjang yang dibelah menjadi dua. Sehingga
rumus akhir diperoleh L = 1/2xaxt.
Pada belajar dengan penemuan, bentuk akhir yang berupa
rumus, pola, aturan itu harus ditemukan sendiri oleh murid. Proses penemuannya
dapat dilakukan sendiri atau dapat pula dengan bimbingan.
Belajar dibedakan menjadi :
a.
Belajar dengan
menghafal (rote learning)
b.
Belajar dengan
pengertian (meaningful learning)
Pada belajar dengan
pengertian yang diutamakan adalah prosesnya, sedangkan hasilnya hanya nomer
dua.
Belajar dengan menerima dan
belajar menemui penemuan keduanya menjadi belajar dengan menghafal
2.
Prinsip-prinsip
a. Berorientasi pada
tujuan
Tujuan adalah pertimbangan utama dalam
penggunaan metode ini.
walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama.
b. Prinsip komunikasi
Proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber
pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan) dapat dikatakan
sebagai proses komunikasi. Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah
materi pelajaran yang telah dirancang dan disusun dengan tujuan tertentu yang
ingin dicapai. Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan
siswa berfungsi sebagai penerima pesan.
c. Prinsip kesiapan
Guru harus terlebih dahulu memosisikan siswa
dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran.
Jangan memulai pelajaran, ketika siswa belum siap untuk menerimanya.
d. Prinsip berkelanjutan
Proses pembelajaran ekspositori harus dapat
mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut.
Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk
waktu selanjutnya.
3. Prosedur
a. Persiapan
(Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan
siswa untuk menerima pelajaran. Dalam metode ekspositori, keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran sangat bergantung pada langkah persiapan. Tujuan yang
ingin dicapai dalam melakukan persiapan yaitu :
1) Mengajak siswa keluar dari kondisi
mental yang pasif.
2) Membangkitkan motivasi dan minat
siswa untuk belajar.
3) Merangsang dan mengubah rasa ingin
tahu siswa.
4) Menciptakan suasana dan iklim
pembelajaran yang terbuka.
b. Penyajian
(Presentation)
Tahap penyajian adalah langkah penyampaian materi
pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan.Hal yang harus
diperhatikan oleh guru adalah bagaimana materi pelajaran dapat dengan mudah
ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini diantaranya : Penggunaan bahasa,
intonasi suara, Menjaga kontak mata dengan siswa, serta menggunakan kemampuan
guru untuk menjaga agar suasana kelas tetap hidup dan menyenangkan.
c. Korelasi (Correlation)
Tahap korelasi adalah langkah yang dilakukan
untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki
struktur pengetahuan yang telah dimiliki siswa maupun makna untuk meningkatkan
kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
d. Menyimpulkan
(Generalization)
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti
(core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Sebab melalui langkah
menyimpulkan, siswa dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.
Menyimpulkan berarti pula memberikan keyakinan kepada siswa tentang kebenaran
suatu paparan. Sehingga siswa tidak merasa ragu lagi akan penjelasan guru.
Menyimpulkan bisa dilakukan dengan cara mengulang kembali inti- inti materi
yang menjadi pokok persoalan, memberikan beberapa pertanyaan yang relevan
dengan materi yang diajarkan, dan membuat maping atau pemetaan keterkaitan
antar pokok-pokok materi.
e. Mengaplikasikan
(Aplication)
Tahap aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan
siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah
yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori. Sebab melalui
langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan
pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Teknik yang biasa
dilakukan pada langkah ini diantaranya, dengan membuat tugas yang relevan,
serta dengan memberikan tes materi yang telah diajarkan untuk dikerjakan oleh
siswa.
4.
Contoh Mengajar dengan
Metode Ekspositori
Belajar
menerima maupun menemukan sama-sama dapat berupa belajar menghafal atau
bermakna. Misalnya dalam mempelajari konsep dalil Pythagoras tentang segitiga
siku-siku, mungkin bentuk terakhir c2 = b2 + a2
sudah disajikan (belajar menerima), tetapi siswa memahami rumus itu selalu
dikaitkan dengan sisi-sisi sebuah segitiga siku-siku ; jadi ia belajar secara
bermakna. Siswa lain memahami rumus c2 = b2 + a2
dari pencarian (belajar menemukan), tetapi bila kemudian ia menghafalkan c2
= a2 + b2 tanpa dikaitkan dengan sisi-sisi sebuah
segitiga siku-siku, maka jadinya ia belajar menghafal.
5.
Kelebihan dan kelemahan
a.
Kelebihan
Strategi
pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering
digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa keunggulan, di
antaranya:
1)
Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa
mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai
sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2)
Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat
efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas,
sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3)
Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain
siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi
pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui
pelaksanaan demonstrasi).
4)
Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini
bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
b.
Kelemahan
Di samping
memiliki keunggulan, strategi ekspositori juga memiliki kelemahan, di
antaranya:
1)
Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat
dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara
baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan
strategi lain.
2)
Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan
setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan
bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3)
Karena strategi lebih banyak diberikan melalui
ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan
sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4)
Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori
sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan,
pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai
kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi), dan kemampuan mengelola
kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin
berhasil.
Kegiatan guru
berbicara pada metode ekspositori hanya dilakukan pada saat-saat tertentu saja,
seperti pada awal pembelajaran, menerangkan materi, memberikan contoh soal.
Kegiatan siswa tidak hanya mendengarkan, membuat catatan, atau memperhatikan
saja, tetapi mengerjakan soal-soal latihan, mungkin dalam kegiatan ini siswa
saling bertanya. Mengerjakan soal latihan bersama dengan temannya, dan seorang
siswa diminta mengerjakan di papan tulis. Saat kegiatan siswa mengerjakan
latihan, kegiatan guru memeriksa pekerjaan siswa secara individual dan
menjelaskan kembali secara individual. Apabila dipandang masih banyak pekerjaan
siswa belum sempurna, kegiatan tersebut diikuti penjelasan secara klasikal.
Pada umumnya guru
lebih suka menggunakan metode ceramah dikombinasikan dengan metode tanya jawab.
Metode ceramah banyak dipilih karena mudah dilaksanakan dengan persiapan yang
sederhana, hemat waktu dan tenaga, dengan satu langkah langsung bisa menjangkau
semua siswa dan dapat dilakukan cukup di dalam kelas.
Popham &
Baker menjelaskan bahwa setiap penyajian informasi secara lisan dapat disebut
ceramah. Penyajian ceramah yang bersifat formal dan biasanya berlangsung selama
45 menit maupun yang informal yang hanya berlangsung selama 5 menit. Ceramah
tidak dapat dikatakan baik atau buruk, tetapi penyampaian ceramah harus dinilai
menurut tujuan penggunaannya.[2]
Oleh karena gaya
komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication), maka
kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan
sangat terbatas pula. Disamping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan
pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.
Daftar
Pustaka
Jamarah,B.S. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Popham,W.J. 1992. Tehnik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta : Rineka Cipta.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran. Bandung : Kencana Prenada Media Group.
Suherman, Erman dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung :
JICA-Universitas Pendidikan Indonesia..
http://li2xsankarea.blogspot.com/2012/10/metode-ekspositori-dalam-pembelajaran.html,
diakses pada tanggal 6 Maret 2015 pukul 08.14 WIB.
Www.Blogspot,Artikel,Berita,ProgramPelatihanPembelajaranEkspositoriPAKEM.com, diakses pada tanggal 6 Maret 2015 pukul
11.12 WIB.
[2] Www.Blogspot,Artikel,Berita,ProgramPelatihanPembelajaranEkspositoriPAKEM.com, diakses pada tanggal 6 Maret 2015
0 komentar :
Posting Komentar